Monday, June 27, 2016

Senin, 27 Juni 2016
Sirillus dr Aleksandria
Am. 2:6-10,13-16; Mzm. 50:16bc-17,18-19,20-21,22-23; Mat. 8:18-22.

Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." - Mat 8,22

Orang yang suka menunda, misalnya pekerjaan dan permintaan orang lain, apalagi disertai dengan banyak alasan yang dicari-cari, biasanya merupakan orang yang kurang serius dan kurang bisa menghargai diri sendiri, waktu dan orang lain. Saya rasa ini salah satu pesan yang bisa kita ambil dari Injil hari ini. Orang yang mengatakan: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku," menunjukkan sikap yang tidak serius untuk mengikuti Yesus. Kemungkinan besar pada saat itu ayahnya masih hidup, masih sehat dan tidak tahu kapan akan dipanggil Tuhan. Jadi, dengan kata-kata itu, ia hendak menyampaikan: "Tuhan, aku ingin mengikuti-Mu, tapi nanti saja kalau ayah saya sudah mati dan saya telah selesai menguburkan dia". Ia ingin menunda untuk mengikuti Yesus sampai batas waktu yang tidak jelas. Dalam diri kita, sikap tersebut mungkin juga muncul: ketika kita dipanggil dan diutus untuk melibatkan diri dalam kegiatan di paroki atau lingkungan, apalagi menjadi pengurus, kadang kita menolak dan menunda dengan mengatakan "besok saja kalau sudah tua atau kalau sudah tidak repot mengurusi pekerjaan, dll". Ya, boleh-boleh saja. Manusiawi. Tapi, dari jawaban Yesus kita mengerti bahwa mengikuti-Nya membutuhkan jawaban segera, tidak perlu menunda dan cari-cari alasan.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami selalu siap sedia untuk menerima dan melaksanakan panggilan dan perutusan-Mu. Amin.
-agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Friday, June 17, 2016

Bahaya

-Resiko sebuah Ucapan-

Bagaimana seekor kerbau yang baik bisa mati hanya karena sebuah OPINI, ikuti ceritanya :

1. Sehabis pulang dari sawah kerbau rebahan di kandang dengan wajah capek dan nafas yang berat. Datanglah seekor anjing. Kerbau lalu berucap, "Aah teman lama, saya sungguh capek dan besok ingin istirahat sehari."

2. Anjing pergi dan jumpa kucing di sudut tembok, dan berkata, "Tadi saya jumpa kerbau dan dia besok ingin istirahat dulu.. Sudah sepantasnya.. Sebab boss kasih kerjaan terlalu berat."

3. Kucing lalu cerita kepada kambing dan berkata, "Kerbau komplain boss kasih kerja terlalu banyak dan berat. Besok tidak mau kerja lagi."

4. Kambing jumpa ayam dan berucap, "Kerbau tidak senang bekerja untuk boss lagi, sebab mungkin ada boss lain yang lebih baik."

5. Ayam jumpa monyet dan berkata, "Kerbau tidak akan kerja untuk bossnya dan ingin mencari kerja di tempat boss yang lain."

6. Saat makan malam monyet jumpa boss dan berkata, "Boss, si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain."

7. Mendengar ucapan monyet, boss marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah berkhianat kepadanya.

Ucapan asli kerbau: SAYA SUNGGUH CAPEK & BESOK INGIN ISTIRAHAT SEHARI DENGAN BAIK.

Lewat beberapa teman akhirnya ucapan ini sampai kepada boss dan pernyataan kerbau telah berubah menjadi: Si Kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain.

Sangat baik untuk disimak:
1. Ada kalanya suatu ucapan harus berhenti sampai telinga kita saja. Tidak perlu diteruskan ke orang lain.

2. Jangan telan bulat atau percaya begitu saja apa yang dikatakan orang lain walaupun itu orang terdekat kita. Kita perlu check and recheck kebenarannya sebelum bertindak.

3. Kebiasaan meneruskan perkataan orang lain dengan kecenderungan menambahi/mengurangi bahkan menggantinya berdasarkan persepsi sendiri bisa berakibat fatal.

4. Bila ragu akan ucapan seseorang yang disampaikan oleh orang lain kepada kita, sebaiknya kita bertanya langsung kepada yang bersangkutan untuk memastikan informasi yang paling benar.

Friday, June 10, 2016

Membawa Berkat dan Sukacita

Sabtu, 11 Juni 2016
Pw. St. Barnabas, Rasul
Kis. 11:21b-26; 13:1-3; Mzm. 98:2-3ab,3c-4,5-6; Mat. 10:7-13.

"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan" - Mat 10,7-8

Hari ini, kita memperingati St. Barnabas. Nama "Barnabas" berarti "anak penghiburan" (Kis 4:36). Dalam bacaan I, dinyatakan bahwa "Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman, sejumlah orang dibawa kepada Tuhan." (Kis 11:14). Sebagai Rasul, dia sungguh-sungguh melaksanakan pesan Injil "Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan!" (Mat 10:8). Ketika Paulus yang sudah bertobat menjadi "pesakitan" karena murid-murid yang lain masih belum mau menerimanya, Barnabaslah satu-satunya orang yang menerimanya (Kis 9:27). Boleh dikatakan bahwa pada waktu itu, Paulus menderita "kusta", yakni penyakit yang tidak hanya menimbulkan derita fisik tetapi juga derita batin karena membuatnya dihindari, ditolak dan disingkirkan. Untung ada seorang Barnabas yang mau menerimanya. Peran Barnabas tidak hanya berhenti di situ: ketika harapan Paulus untuk mewartakan Injil "dimatikan" dengan dipulangkan ke Tarsus, tempat asalnya (Kis 9:30), lagi-lagi Barnabaslah yang kemudian menjemput dan mengajaknya mewartakan Injil di Antiokhia (Kis 11:25). Dengan cara itu, Barnabas telah membangkitkan kembali semangat mewartakan Injil dalam diri Paulus sampai akhirnya ia menjadi rasul yang besar. Dengan kepribadiannya yang baik, penuh Roh Kudus dan iman, Barnabas juga mampu mengusir setan yang semula merasuki para murid dan membuat mereka menolak Paulus, sehingga akhirnya para murid itu pun mau menerima Paulus dengan sukacita.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kehadiran kami di mana pun mampu membawa berkat dan sukacita bagi orang lain sebagaimana diteladankan oleh St. Barnabas. Amin.
-agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Wednesday, June 1, 2016

Mengapa berteriak saat marah

*MENGAPA KITA BERTERIAK SAAT MARAH*

_Konon bunda Teresa memandikan anak gelandangan ditepi sungai Gangga. Ia melihat ada keluarga yang sedang bertengkar, saling berteriak_.

_Ia berpaling ke murid2nya dan bertanya_ :
*"Kenapa orang suka saling berteriak kalau sedang marah?" Tanya bunda Teresa.*

_Salah satu menjawab:_ *"Karena kehilangan sabar, kita berteriak."*

*"Tetapi, kenapa harus berteriak pada orang yang ada di sebelahmu?*
*Kan, pesannya bisa juga sampai dengan cara halus?"* *tanyanya*

_Murid2 saling adu jawaban namun tidak ada satu yang mereka sepakati._

_Akhirnya sang bunda bertutur:_
*"Bila 2 orang bermarahan, hati mereka sangat menjauh.*
*Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar terdengar. Semakin marah, semakin keras teriakan karena jarak ke 2 hati pun semakin jauh."*

*"Apa yang terjadi saat 2 insan jatuh cinta?" lanjutnya.*
*"Mereka tidak berteriak pada 1 sama lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara ke 2 hati tidak ada atau sangat dekat."*

_Setelah merenung sejenak, ia meneruskan._
*"Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi?*
*Mereka tidak lagi bicara. Hanya berbisikan dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisikan. Mereka cukup saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah 2 insan yang saling mengasihi."*

_Bunda Teresa memandangi murid2nya dan mengingatkan dengan lembut:_
*"Jika terjadi pertengkaran, jangan biarkan hati menjauh. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh.*
*Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak lagi bisa ditempuh."...*