Sunday, February 28, 2016

Senin, 29 Februari 2016
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
2Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3; 43:3,4; Luk. 4:24-30.

"Pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." – Luk 4,27

Keselamatan dari Tuhan terbuka untuk semua orang. Tidak seorang pun dikecualikan dari rencana dan karya keselamatan-Nya. Namun, apakah keselamatan itu benar-benar terealisasi atau tidak, itu tergantung dari iman masing-masing pribadi: apakah menerima atau menolak Tuhan. Sifat personal dari keselamatan itu tampak dalam dua contoh yang disebut Yesus: "seorang perempuan janda di Sarfat" dan "Naaman, orang Siria". Keduanya adalah orang asing, bukan orang Israel. Mengapa orang Israel yang sebenarnya merupakan umat terpilih dan sejak awal diberi previlese khusus untuk keselamatan justru tidak menerimanya? Karena mereka menolak untuk percaya kepada para nabi utusan Allah! Kalau pada zaman dulu, Allah berbicara dan bertindak melalui para nabi, sekarang Ia menggenapi karya penyelamatan-Nya itu melalui Yesus Kristus, Putera-Nya (bdk. Ibr 1,1-2). Dialah satu-satunya juruselamat dan jaminan keselamatan kita, sebagaimana ditegaskan-Nya sendiri: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14,6) dan "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus," (Yoh 17:3).

Doa: Ya Bapa, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu untuk selalu membuka diri dan menerima sepenuhnya Yesus Kristus yang Kautus untuk menyelamatkan kami. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph
Minggu, 28 Februari 2016
HARI MINGGU PRAPASKAH III
Kel. 3:1-8a,13-15; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11; 1Kor. 10:1-6,10-12; Luk. 13:1-9

"Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah" – Luk 13,8-9

Selalu ada kesempatan untuk yang akan datang. Seorang anak yang telah kehilangan warisan, diberi kesempatan untuk mendapatkannya kembali (Injil kemarin). Sebatang pohon yang tidak berbuah, diberi kesempatan untuk tetap bertumbuh dengan perawatan yang lebih baik agar di kemudian hari dapat menghasilkan buah. Kita pun oleh Tuhan selalu diberi kesempatan untuk bertobat dan menghasilkan buah yang baik. Bahkan, Ia tidak hanya memberikan kesempatan tetapi juga pertolongan rahmat-Nya. Tanpa rahmat kita tidak akan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, apalagi berbuah. Sama seperti sebatang pohon buah, yang tidak pernah dirawat dan diberi cukup pupuk serta air, tentunya tidak akan dapat bertumbuh dan berbuah secara optimal. Oleh karena itu, pantaslah kita bersyukur atas kesempatan yang diberikan Tuhan untuk terus-menerus bertumbuh, berkembang dan berbuah dalam rahmat-Nya.

Doa: Tuhan, semoga rahmat-Mu memampukan kami untuk menggunakan setiap kesempatan yang Kauberikan kepada kami dengan sebaik-baiknya. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Tuesday, February 23, 2016

Terburu-buru?

" ADA YG SALAH .......?"

Doeloe........

⛅ Orang tua kita berangkat bekerja setelah matahari terbit
dan sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam.......

Walaupun memiliki anak yg banyak.........
Rumah dan halaman pun tetap luas...........
Bahkan tidak sedikit ada yg memiliki kebun...........
Dan semua anak anaknya bersekolah.....................

Sekarang........

🎴 Banyak yg berangkat kerja subuh dan sampai rumah larut malam........

Tapi.......

Rumah dan tanah yg dimiliki tidak seluas rumah orang tua kita.........

Dan bahkan banyak yg takut memiliki anak banyak karena takut kekurangan.....

⏰ Ada yg salah dengan cara hidup orang MODERN.....

Orang tua kita hidup tanpa banyak ALAT BANTU.....
Tapi TENANG menjalani hidupnya.....

πŸ‘‰ Sementara kita yg dilengkapi dengan mesin cuci..kompor gas....
HP....kendaraan ....TV....email...FB....Ipad....ruangan ber AC......dllllllllll

HARUSNYA mempermudah hidup ini.....
TAPI TERNYATA TIDAK.......

Sampai sampai, tidak sempat kita MENIKMATI HIDUP....
karena semuanya dilakukan TERBURU BURU.......

πŸƒBerangkat kerja,
TERBURU BURU.....
πŸƒPulang kerja , juga
TERBURU BURU.....
🍟⏳Makan siang .........
TERBURU BURU.....
🚦Di lampu merah,
TERBURU BURU......
πŸ’¬πŸ™ Berdoapun.....
TERBURU BURU......

Hanya MATI.........
Yang tidak seorangpun mau TERBURU BURU......

Karena ketakutan akan
kurangnya harta untuk keluarga sampai sampai Kita
HITUNGAN dalam MEMBERI

Sementara TUHAN tidak pernah hitungan dalam memberi rejeki kepada kita.....

Bahkan karena lebih takut kehilangan pekerjaan...kita berani melewatkan ibadah 😭......

Sampai dimanakah hidup kita pada hari ini...?πŸ’₯

Apa ini terjadi pada diri anda ?.....πŸ‘€

Semoga menjadi renungan...πŸ™‡
Bagi Tuhan tidak ada kata terlambat buat kita yg mau berubah....

God bless you friends ❤️

Tan Yusuph
Rabu, 24 Februari 2016
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Yer. 18:18-20; Mzm. 31:5-6,14,15-16; Mat. 20:17-28.

"Hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." – Mat 20,23

Kalau kita renung-renungkan, permintaan Yohanes dan Yakobus yang disampaikan oleh ibu mereka ini, sebenarnya merupakan keinginan, harapan, kerinduan dan permohoan kita juga. Setiap kali kita mendoakan saudara/i kita yang sudah meninggal, kita memohon kepada Tuhan agar mereka diperkenankan hidup bahagia di surga. Hal yang sama juga kita mohon agar kelak dianugerahkan kepada kita. Jawaban Yesus menegaskan bahwa perihal masuk kerajaan surga bukanlah hadiah atas perjuangan ataupun amal baik kita tetapi merupakan anugerah Allah karena belaskasih dan kemurahan-Nya. Di satu sisi, perjuangan tetap harus kita lakukan sebagaimana kedua rasul itu diharuskan meminum cawan; namun di sisi lain, kita sadar bahwa perjuangan dan amal baik kita tidak akan pernah cukup untuk menggapai surga, tanpa belaskasih dan kemurahan Tuhan. Oleh karena itu, yang jauh lebih penting adalah kita berusaha mendatangkan surga dalam hidup kita sehari-hari, yakni dengan saling mengasihi dan melayani (bdk. Mat 20,26-28).

Doa: Ya Bapa, bantulah kami dengan rahmat-Mu agar kami mampu ikut serta mendatangkan Kerajaan-Mu di atas bumi ini dan kelak Kau anugerahi kehidupan abadi di surga. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Monday, February 22, 2016

“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” – Mat 16,18.

Senin, 22 Februari 2016
Pesta Takhta St. Petrus
1Ptr. 5:1-4; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Mat. 16:13-19.

"Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." – Mat 16,18.

Hari ini kita merayakan Pesta Tahta Petrus, satu-satunya tahta dikehendaki oleh Yesus untuk mempersatukan para pengikut-Nya di seluruh dunia dan sepanjang zaman di bawah satu Tuhan dan satu gembala. Yesus menyatakan kehendak-Nya ini sekitar tahun 30-an dan sampai sekarang Gereja yang dikehendaki untuk didirikan dibawah kepemimpinan Petrus dan para penggantinya masih berdiri kokoh. Sungguh luar biasa janji Tuhan. Marilah kita secara khusus berdoa bagi Gereja kita ini agar sampai kapan pun tetap relevan dan signifikan dalam membawa misi cinta kasih yang menyelamatkan. Kita berdoa bagi Bapa Suci yang dipilih Tuhan untuk menggantikan Petrus. Kita berdoa bagi diri kita masing-masing agar dapat menjadi anggota Gereja yang semakin mampu mengenal dan mencintai Kristus.

Doa: Tuhan, berkatilah Gereja-Mu, Bapa Suci dan kami semua. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Friday, February 19, 2016

«Menghargai Sesama»

❤️ PERCIKAN HATI
Rubrik Renungan

«Menghargai Sesama»

"…Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! Harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala." (Mat. 5:21-22)

Pengajaran Yesus hari ini memang tegas. Yesus bukan hanya mengingatkan kembali hukum Taurat yang menyatakan bahwa siapa yang membunuh harus dihukum, tapi Yesus juga memberi penekanan bahkan pembunuhan itu bukan hanya secara fisik saja.

Bahkan kata-kata kasar dan cacian sebenarnya juga bisa mendatangkan hukuman bagi orang yang mengatakan itu untuk orang lain. Sebab kata-kata itu punya kekuatan yang luar biasa.

Ada orang yang bisa sakit hati bahkan merencanakan dan melakukan hal-hal yang jahat hanya karena menerima kata-kata kasar dari orang lain.

Sahabat, mari kita jaga ucapan dan tingkah laku kita supaya tidak ada orang yang merasa sakit hati karena itu. Kita tentu bisa marah, itu hal yang wajar. Tapi kuasailah diri kita agar jangan sampai amarahlah yang mengendalikan kita sehingga keluarlah kata-kata yang sebenarnya tidak pantas kita ucapkan kepada sesama.

Belajarlah menghargai orang lain sebagaimana kita ingin dihargai.

❤️ PERCIKAN HATI
«Jumat, 19 Februari 2016»

Tan Yusuph

“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” – Mat 5,20

Jumat, 19 Februari 2016
Hari Biasa Pekan I Prapaskah
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26.

"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" – Mat 5,20

Boleh dikatakan bahwa orang-orang Farisi sebenarnya sudah menghayati kehidupan beragamanya dengan baik. Mereka sangat taat pada hukum, adat-istiadat dan ritual agama Yahudi sampai mendetail. Namun, bagi Yesus, itu saja belumlah cukup. Dengan tegas, Ia meminta para pengikut-Nya untuk menghayati kehidupan keagamaannya secara lebih benar daripada orang-orang Farisi. Di mana letak "lebih" yang Dia minta? Menghayati agama secara benar tidak cukup berhenti pada ritual tetapi harus memperhatikan aspek sosial-relasional. Artinya, kehidupan beragama tidak cukup hanya dihayati dengan ritual tetapi juga dalam relasi yang baik dengan sesama. Kita bisa mengambil analogi dari susunan ruji sepeda: semakin dekat dengan poros, ruji-ruji itu semakin dekat satu-sama lain (atau semakin rêngkêt). Demikian pula, semakin kita dekat dengan Tuhan, sudah selayaknya kita juga semakin dekat dengan sesama, semakin cinta damai dan semakin mampu mengasihi.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar mampu menghayati kehidupan keagamaan kami dengan lebih benar. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Wednesday, February 17, 2016

Bapamu yang di sorga, Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” – Mat 7,11.

Kamis, 18 Februari 2016
Hari Biasa Pekan I Prapaskah
Est. 4:10a,10c-12,17-19;Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8;Mat. 7:7-12.

"Bapamu yang di sorga, Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya" – Mat 7,11.

Tidak semua keinginan dan permintaan harus dikabulkan. Ini benar dan memang harus demikian. Dalam level hidup pribadi, kita setuju bahwa tidak semua yang kita inginkan harus kita turuti. Setiap saat, kita berjuang untuk mengendalikan diri, misalnya dalam hal makan, belanja, dll. Kita hanya menuruti keinginan yang membawa kebaikan, bukan yang merusak hidup kita. Dalam level hidup bersama, kita juga setuju bahwa tidak semua permintaan kita kepada orang lain dan sebaliknya tidak semua permintaan orang lain kepada kita harus kita kabulkan. Yang sebaiknya dikabulkan hanyalah yang baik saja dan itu pun disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Kalau demikian, mestinya kita juga sadar bahwa tidak semua keinginan dan permohonan kita harus dikabulkan oleh Tuhan. Meskipun Tuhan mampu memberikan semua yang kita minta dan inginkan, namun Ia hanya akan memberikan yang menurut-Nya baik bagi kita. Dan yang pasti, mengenai apa yang baik bagi kita tersebut, Tuhan lebih tahu dibanding kita sendiri.

Doa: Tuhan, terangilah hati dan budi kami agar kami hanya menginginkan dan memohon apa yang menurut-Mu baik bagi kami. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)
Tan Yusuph

“Seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini” – Luk 11,30

Rabu, 17 Februari 2016
Hari Biasa Pekan I Prapaskah
Yun. 3:1-10; Mzm. 51:3-4,12-13,18-19; Luk. 11:29-32.

"Seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini" – Luk 11,30

Bagi kita, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu kesatuan Kitab Suci. Keduanya merupakan pewahyuan dari satu Allah yang sama dan ditulis dengan inspirasi dari Roh Kudus yang sama. Semua peristiwa yang dikisahkan di dalamnya merupakan rangkaian sejarah keselamatan Allah, mulai dari tahap janji yang pelan-pelan terealisasi sampai mencapai kepenuhannya dalam diri Yesus. Dalam hal ini, tokoh-tokoh Perjanjian Lama, misalnya Yunus dilihat sebagai prefigurasi (gambaran awal) dari Yesus. Yunus adalah nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan pesan pertobatan kepada orang Ninive, dan meski ia sempat menolak/menghindar, akhirnya ia melaksanakan juga dan berhasil: orang Ninive bertobat (silakan baca Kitab Nabi Yunus, hanya 3 bab). Lebih dari Yunus, Yesus adalah Anak Allah sendiri: Ia diutus Bapa, tidak hanya untuk menyampaikan pesan pertobatan (Mrk 1,15) tetapi juga untuk menebus kita (Mrk 10,45). Selain itu, kalau Yunus sempat menolak (Yun 1,1-11), Yesus justru taat sampai mati (Flp 2,8). Dan karena pengingkarannya itu, Yunus harus tinggal dalam perut ikan selama 3 hari (Yun 1,12-17); sementara Yesus, karena ketaan-Nya, ia harus tinggal dalam perut bumi selama 3 hari (Luk 9,22). Jadi, tanda apalagi yang masih kita harapkan? Yesus sendiri adalah tanda nyata betapa Allah mengasihi kita.
Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Sunday, February 14, 2016

Minggu, 14 Februari 2016
HARI MINGGU PRAPASKAH I
Ul. 26:4-10; Mzm. 91:1-2,10-11,12-13,14-15; Rm. 10:8-13; Luk. 4:1-13.

"Yesus yang penuh dengan Roh Kudus ... dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun ... dan dicobai Iblis" – Luk 4,1-2

Pada Minggu Prapaskah II ini, kita diajak merenungkan tentang pencobaan yang dialami oleh Yesus. Kisahnya amat jelas dan detail. Ketiga jenis godaan yang dialami-Nya menggambarkan godaan-godaan aktual yang seringkali juga kita alami: 1] mendapatkan materi dengan jalan pintas (ay.3: mengubah batu menjadi roti); 2] mengingkari Tuhan demi mendapatkan kekuasaan (ay. 6-7: menyembah setan); 3] unjuk kebolehan atau menyombongkan diri dengan kehebatan dan prestasi yang kita miliki (ay. 9-11: menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah). Untuk mengatasi godaan-godaan tersebut, kita diajak meneladan Yesus menggunakan 3 senjata utama: 1] Roh Kudus (ay. 1: Yesus dibimbing oleh Roh Kudus); 2] Keheningan (ay.2: gurun adalah tempat yang sunyi); 3] Sabda Tuhan (ay. 4,8,10: Yesus menangkal setiap godaan dengan mengatakan "ada tertulis" [dalam Kitab Suci]).

Doa: Tuhan, mampukanlah kami untuk menggunakan senjata-senjata ampuh yang telah engkau berikan, yakni Roh Kudus, keheningan dan sabda-Mu dalam Kitab Suci untuk melawan godaan roh jahat. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Friday, February 12, 2016

Yang Terutama: Bertekun

PERCIKAN HATI
Rubrik Cerita Bermakna

«Yang Terutama: Bertekun»

Selama perang saudara di Amerika, presiden Lincoln memiliki seorang sekretaris yang bertubuh tegap dan atletis. Pada jaman itu, di kantor, pria itu hanya sekedar memegang pena atau pensil.

Pria tersebut tidak senang dengan pekerjaannya. Dia ingin bertugas di medan tempur. Dia ingin pergi kesana dan membuat hal-hal besar bagi negaranya. Dia sungguh-sungguh bersedia mati bila memang diminta.

Karena itulah, ia terus menerus mengeluh kepada Lincoln tentang pekerjaannya yang seperti pekerjaan wanita, meski sebenarnya dia bisa berseragam dan menghadapi musuh.

Pada suatu hari, setelah mendengar keluhan yang sering terlontar ini, Lincoln memandang pria itu dan berkata, "Anak muda saya memang melihat engkau sungguh-sungguh bersedia mati untuk negara, tapi kamu tidak bersedia hidup bagi negaramu. Ketahuilah para pejuang akan mengabdikan diri mereka untuk negara dengan nyawa ataupun dengan tetap hidup."

Sahabat, janganlah meremehkan hal-hal kecil dan sederhana. Ketahuilah ketekunan kita untuk bekerja dan berusaha walaupun itu kecil dan sederhana pasti akan mendatangkan sesuatu yang indah dan luar biasa.

Yakinlah tiap-tiap orang punya jalan masing-masing untuk meraih kesuksesan.
Tekunlah dan jalanilah setiap usaha dan pekerjaan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Pada saatnya besar atau kecil pekerjaan itu pasti bisa mendatangkan hasil yang baik.

PERCIKAN HATI
«Sabtu, 13 Februari 2016»

Tan Yusuph

Bertobatlah

Sabtu, 13 Februari 2016
Hari Sabtu sesudah Rabu Abu
Yes. 58:9b-14; Mzm. 86:1-2,3-4,5-6; Luk. 5:27-32.

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat Luk 5,32

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Credere belum lama ini, Paus Frasiskus mengatakan: Saya seorang pendosa, saya merasa sebagai pendosa, saya yakin demikianlah adanya; saya seorang pendosa yang oleh Tuhan dipandang dengan penuh belas kasih. Saya, sebagaimana saya katakan kepada para tahanan di Bolivia, adalah seorang pendosa yang diampuni. Sampai sekarang saya masih melakukan kesalahan dan dosa, dan saya selalu mengaku dosa setiap 15 atau 20 hari sekali. Kata-kata Paus Fransiskus ini rasanya lebih dari cukup untuk membantu kita mencecap kebenaran dari Injil hari ini. Tuhan datang untuk kita para pendosa. Ia datang untuk memanggil kita dan memberikan belas kasih-Nya kepada kita. Apakah kita juga mau datang kepada-Nya secara rutin untuk menerima rahmat pengampunan dan pembebasan dari dosa-dosa kita? Seorang Paus, yang kita sebut sebagai Santo Bapa saja, secara rutin mengaku dosa setiap 15 sampai 20 hari sekali. Kita?

Doa: Tuhan, Engkau datang untuk kami, orang berdosa. Berilah kami rahmat-Mu agar kami semakin rajin datang kepadamu untuk menerima rahmat pengampunan dan pembebasan atas dosa-dosa kami. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Ada Bearings

Thursday, February 11, 2016

Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa” – Mat 19,15

Jumat, 12 Februari 2016
Hari Pantang
Yes. 58:1-9a; Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19; Mat. 9:14-15.

"Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa" – Mat 19,15

Dalam Kitab Suci, hubungan antara Kristus dan Gereja sering digambarkan dengan hubungan antara mempelai laki-laki dan perempuan (misalnya dalam Kitab Kidung Agung) atau antara sepasang suami istri (misalnya dalam Efesus 5,22-33). Oleh karena itu, kata-kata Yesus ini bisa kita mengerti dalam konteks ini. Pada masa Prapaskah ini, kita secara khusus menjalani puasa dan pantang karena Kristus, sang mempelai laki-laki, akan diambil dari tengah-tengah kita. Dia menderita dan menyerahkan nyawa-Nya untuk disalib, demi kita. Sang mempelai laki-laki menumpahkan darah-Nya untuk menebus mempelai wanita, yakni Gereja (= kita semua, umat beriman), yang telah menggadaikan diri kepada roh jahat dengan banyak berbuat dosa. Maka, sudah selayaknya kita prihatin, merasa perih di hati, lalu berusaha untuk bertobat, berbalik kepada Dia yang tetap mencintai kita. Dalam hal ini, puasa dan pantang di masa Prapaskah kita tempatkan untuk membangkitkan rasa prihatin itu sekaligus untuk mendorong semangat pertobatan kita.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar puasa dan pantang kami pada masa prapaskah ini sungguh mendorong kami untuk mewujudkan pertobatan yang sejati. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Wednesday, February 10, 2016

Santa Perawan Maria dari Lourdes

Santo-Santa
11 Februari

Santa Perawan Maria dari Lourdes 

Merupakan perayaan peristiwa Maria menampakkan diri kepada Bernadetha Soubirous di gua Misabielle, Lourdes, Perancis pada tanggal 11 Februari 1858. Kiranya perayaan ini semakin mempertebal iman kepercayaan kita kepada Bunda Maria dan semakin menyemangati kita untuk turut serta di dalam karya penyelamatan Kristus. Untuk itu baiklah kalau kita menyimak kembali makna peristiwa itu dengan mengikuti kisah terjadinya peristiwa iman itu. 

Bernadetha Soubirous adalah seorang gadis desa yang sederhana, miskin dan buta huruf. Ketika ia sedang menggembalakan domba-dombanya, tiba-tiba ia melihat seorang wanita cantik berdiri di mulut gua itu. Wanita itu tersenyum manis dan tampak sangat ramah kepadanya. Dalam keheranan dan ketakutannya, Bernadetha pun merasakan kegembiraan yang sangat mendalam. Tak lama kemudian wanita itu menghilang dari pandangannya. Bernadetha pun pulang ke rumah dengan gembira bercampur rasa takut. 

Pada tanggal 25 Februari, wanita cantik itu menampakkan diri lagi kepada Bernadetha. Kali ini wanita itu menyuruhnya minum dan membasuk mukanya. Tetapi darimanakah ia mendapatkan air untuk minum dan membasuh mukanya? Ia sendiri pun tidak membawa air dari rumah. Sumber-sumber airpun tak ada di bukit yang kering dan berbatu-batu itu. Lalu wanita itu menyuruhnya menggali tanah di depan gua itu. Bernadetha pun mengikuti saja suruhan wanita tak dikenal itu. Belum seberapa dalam lubang galian itu, mengalirlah air dari lubang itu. Dengan air itu Bernadetha membasuh mukanya dan minum. Tak lama kemudian wanita itu menghilang dari pandangannya. 
Pada tanggal 25 Maret, Bernadetha kembali lagi ke gua Masabielle. Disana ia menyaksikan lagi penampakan wanita cantik itu. Kali ini Bernadetha memberanikan diri untuk menanyakan nama wanita cantik itu. Siapakah Engkau? tanya Bernadetha. Jawab wanita itu, Akulah yang dikandung tanpa noda dosa asal. Maria menampakkan diri kepada Bernadetha sebanyak 18 kali. Kepada Bernadetha, Bunda Maria berpesan agar semua orang Kristen berdoa untuk orang-orang berdosa agar mereka bertobat dari cara hidupnya yang sesat itu. Bunda Maria meminta agar di tempat itu didirikan sebuah biara dan diadakan ziarah. 

Atas perintah Uskup Lourdes, kejadian ini diselidiki dengan seksama. Akhirnya pada tahun 1862 peristiwa penampakan itu dinyatakan benar dan sah. Pada tahun 1864 sebuah patung Maria ditempatkan di gua itu, dan pada tahun 1876 dibangunkan disitu sebuah gereja yang megah. Setiap tahun lebih dari satu juta orang berziarah ke Lourdes. Banyak orang sakit yang berziarah ke sana menjadi sembuh secara ajaib. Demikian pun setiap peziarah yang mengunjungi Lourdes sungguh merasakan suatu kedamaian jiwa dan kebahagiaan batin. Sebuah biro penyelidikan didirikan untuk meneliti penyembuhan-penyembuhan yang terjadi atas orang-orang sakit yang berkunjung ke sana. Semoga hari raya penampakan Bunda Maria di Lourdes ini mendorong kita untuk menghormati Bunda Maria dengan lebih tulus sebagai Bunda yang senantiasa menghendaki keselamatan kita. 


Dikutip dari imankatolik.or.id

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” – Luk 9,23

Kamis, 11 Februari 2016
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA
SP Maria dr Lourdres
Ul. 30:15-20; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 9:22-25.

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" – Luk 9,23

Menyangkal diri dan memanggul salib merupakan syarat untuk mengikuti Yesus. Oleh karena itu, antara menyangkal diri, memanggul salib dan mengikuti Yesus, tidak pernah dapat dipisahkan satu sama lain. Penyangkalan diri, yang pada masa sekarang merupakan hal yang amat tidak populer apalagi ketika dikontraskan dengan budaya konsumeris, hanya akan bernilai dan dapat dihanyati kalau dimotivasi oleh keinginan yang kuat untuk mengikuti Yesus. Demikian pula, di tengah budaya hedonis, di mana orang cenderung memuja kesenangan dan menghindari derita (wegah rekasa), kita pun mudah tergoda untuk menghindari salib yang harus kita pikul. Maka, hanya motivasi yang kuat untuk mengikuti Yesus, yang akan memampukan kita untuk memeluk dan memanggul salib kita setiap hari. Tentu, semua itu disertai dengan pengharapan bahwa hanya menyangkal diri dan memanggul salib yang dimotivasi untuk mengikuti Yesus, hanya itulah yang menyelamatkan. Dan persis itulah yang membedakan antara orang beriman dan tidak.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu menyangkal diri, memanggul salib kami masing-masing dan mengikuti Engkau. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tuesday, February 9, 2016

Percikan Hati

Percikan Hati

Rubrik Inspirasi Kitab Suci

Penyelenggaraan Tuhan Luar Biasa
Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di sorga? Siapa gerangan sampai mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?? (Keb. 9:16-17)
Manusia boleh berencana dan berusaha tapi penyelenggaraan Tuhan pasti senantiasa melampaui segala kehendak dan rencana kita.
Kita boleh saja telah mendapatkan sesuatu. Tapi bila apa yang telah kita usahakan itu hilang dari genggaman kita, apa yang harus kita lakukan? Kita boleh saja marah dan kecewa, tapi siapa yang akan menyangka jika kepunyaan kita yang hilang itu akan diganti oleh Tuhan dengan sesuatu yang lebih besar?
Percayalah sahabat, penyelenggaraan Tuhan itu selalu ada untuk kita. Jika kita belum mampu mengetahui apa kehendak Tuhan dalam kehidupan kita, mohonkanlah kebijaksanaan dari-Nya lewat doa.
Doa yang kita ungkapkan dengan sepenuh hati pasti akan menambahkan kesabaran dan menguatkan hati kita untuk tetap teguh dalam iman sehingga pada akhirnya kita boleh melihat betapa indahnya penyelenggaraan Tuhan dalam kehidupan kita.


PERCIKAN HATI
Selasa, 9 Februari 2016

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku” – Mrk 7,6

Selasa, 9 Februari 2016
Hari Biasa Pekan V
1Raj. 8:22-23,27-30; Mzm. 84:3,4,5,10,11; Mrk. 7:1-13.

"Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku" – Mrk 7,6

Bentuk atau ungkapan lahiriah pemujaan kepada Tuhan tentunya merupakan hal yang baik dan perlu. Bahkan bisa juga dijadikan sebagai ukuran kualitas iman seseorang. Namun, tidak amatlah cukup kalau hanya berhenti pada ungkapan lahiriah saja. Yang jauh lebih penting adalah apa yang terkandung dalam hati atau dalam batin kita. Pemujaan dalam ungkapan iman lahirah yang benar muncul dari dalam hati yang suci dan murni. Demikian pula, uluran tangan untuk mengasihi hendaknya juga lahir dari dalam hati yang tulus. Untuk itu, demi sebuah pemujaan dan kasih yang benar dibutuhkan ketulusan, kesucian dan kemurnian lahir
batin.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu untuk menjaga ketulusan, kemurnian dan kesucian hati kami sehingga mengasihi dan memuliakan-Mu secara benar. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Monday, February 8, 2016

Fokus

PERCIKAN HATI

Rubrik Motivasi Kerja & Usaha

Fokus:

Orang yang sukses pasti tahu benar apa pentingnya fokus untuk mencapai keberhasilan dalam hidup.
Tanpa fokus, kita akan mudah beralih dari sasaran yang sedang kita tuju.
Dengan tetap fokus pada tujuan, kita akan melihat dengan jelas peluang atau kesempatan yang ada
untuk kita.
Dalam bekerja misalnya jika kita tidak fokus pada target yang ingin dicapai, maka apa yang sudah kita rencanakan bisa saja tidak berjalan seperti apa yang sudah kita harapkan sebelumnya.

Untuk itu, kita mesti belajar untuk membuat prioritas. Tempatkan target yang ingin dicapai pada tempat yang paling atas. Jika target kita sudah terpenuhi, barulah mengerjakan hal-hal lain.

Dengan tetap fokus, semangat kerja kita akan terpacu untuk menyelesaikan apa yang sudah ditargetkan.

Percayalah tanpa kita sadari kita akan termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik jika kita tetap fokus untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.

Apa target Anda hari ini? Fokuslah untuk mengerjakan itu dan lihatlah hasilnya.


PERCIKAN HATI
Senin, 8 Februari 2016

Semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh» - Mrk 6,56

Senin, 8 Februari 2016
Pekan Biasa V
1Raj. 8:1-7,9-13; Mzm. 132:6-7,8-10; Mrk. 6:53-56.

«Semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh» - Mrk 6,56

Kesembuhan biasanya terjadi ketika seorang dokter, tabib atau tukang pijat menjamah orang yang sakit. Namun, dalam diri Yesus bisa terjadi sebaliknya. Ada kalanya memang Yesus menjamah si sakit dan mereka menjadi sembuh. Tetapi ketika yang menjamah Yesus adalah si sakit, kesembuhan pun terjadi. Tidak perlu dipersoalkan tentang siapa yang menjamah. Yang penting adalah terjadi kontak langsung dengan Yesus. Untuk kita sekarang, tidak penting juga bahwa kontak itu harus secara fisik, apalagi kalau hanya dimaknai dengan sekedar menyentuh patung atau benda-benda suci lainnya. Memang, kita bisa menjamah Tuhan dan berkontak dengan Tuhan melalui sarana patung atau gambar-Nya, tetapi yang paling penting adalah kontak dan jamahan iman kita pada pribadi Tuhan yang ada di balik gambar atau patung tersebut. Jadi, imanlah yang paling penting: jamahan Tuhan akan menyembuhkan kita kalau kita menerimanya dengan iman; demikian pula kita akan mampu menjamah dan berkontak dengan Tuhan secara benar kalau kita mempunyai iman kepada-Nya.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami dapat memelihara iman kami dan dengan iman itu pula kami dapat berkontak dengan-Mu serta semakin mengasihi-Mu dan sesama. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Sunday, February 7, 2016

Injil hari ini Markus 6:53-56


Mrk 6:53
Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ.

Mrk 6:54
Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus.

Mrk 6:55
Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada.

Mrk 6:56
Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.





"Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." – Luk 5,5

Minggu, 7 Februari 2016
Hari Minggu Biasa V
Yes. 6:1-2a,3-8; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,4-5,7c-8; 1Kor. 15:1-11 (1Kor. 15:3-8,11); Luk. 5:1-11.

"Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." – Luk 5,5

Setiap kali ujian, saya selalu merasa tidak pernah cukup hanya belajar saja: tidak cukup kalau hanya menebarkan jala selama berhari-hari apalagi hanya sepanjang malam ke dalam lautan buku yang harus dibaca. Saya selalu merasa perlu dan harus menyertainya dengan doa. Kata-kata St. Paulus yang merupakan motto hidup saya ini: "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya" (1Tes 5,24) juga selalu mengingatkan saya bahwa kemampuan saya amatlah terbatas, tetapi Tuhan selalu menggenapi apa yang kurang. Saya yakin, hal ini tentunya tidak hanya berlaku dalam belajar tetapi juga dalam seluruh aktivitas hidup kita terutama dalam mengemban tugas, pekerjaan dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada kita. Hanya dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri, hasilnya tidak akan pernah optimal, meski kita sampai kelelahan dan kehabisan waktu dan tenaga. Namun, bersama Tuhan kita akan dimampukan untuk mengerjakan hal-hal yang biasa dengan cara dan hasil yang luar biasa.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mengerjakan tugas, pekerjaan dan tanggungjawab kami bukan hanya dengan mengandalkan kekuatan kami sendiri tetapi lebih-lebih kami mampu bekerjasama dengan-Mu. Amin. -agawpr-

NB. Selamat Hari Minggu. Mohon doa juga untuk teman-teman saya yang sedang sakit dan pemulihan kesehatan: Rm. Sapta Margana, Rm. Nurwidi Pranoto, Rm. Dodit Haryono. Berkah Dalem.

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Thursday, February 4, 2016

Jumat, 5 Februari 2016
Peringatan Wajib St. Agata
Sir. 47:2-11; Mzm. 18:31,47,50,51; Mrk. 6:14-29.

«Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis» - Mtk 6,25

Liturgi hari ini mempertemukan kita pada beberapa tokoh: Yohanes Pembaptis, Herodes dan Herodias serta anak perempuan mereka, dan tentu saja St. Agata yang kita peringati hari ini. Sebagai bahan permenungan, kita ambil saja dua gadis: Agata dan anak perempuan Herodias. Yang satu, sesuai dengan namanya "Agata" (dalam bahasa Yunani) berarti "baik". Agata memang gadis yang baik: pada tahun 251, ketika masih berusia 20 tahun, ia menyerahkan hidupnya sebagai martir. Sebaliknya, anak Herodias adalah seorang gadis yang jahat: ia memanfaatkan keterpesonaan Herodes atas tariannya untuk meminta imbalan kepala Yohanes Pembaptis. Yang satu, ketika diminta mengingkari imannya, justru merelakan nyawanya (Agata); yang lain demi memuaskan dendam ibunya, justru meminta nyawa orang lain (anak Herodias). Kita bertanya pada diri kita sendiri: dalam doa-doa kita, apa yang sering kita minta kepada Tuhan? Apakah sebagian besar hanya untuk memuaskan nafsu dan keinginan kita sendiri atau sebaliknya kita menerima apa pun yang Tuhan berikan dan menggunakan sebaik-baiknya untuk kemuliaan nama-Nya dan kesejahteraan sesama?

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami hanya menginginkan dan meminta apa yang berguna demi kemuliaan-Mu, demi kesejahteraan sesama dan demi keselamatan kami. Amin. –agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Bukan Kebetulan

PERCIKAN HATI
Rubrik Kata Mutiara

Bukan Kebetulan

"Kebetulan adalah mukjizat kecil di mana Tuhan lebih suka tak dikenal."

Sewaktu membongkar-bongkar tong sampah yang ditinggalkan seseorang di tokonya di Salem, Abraham Lincoln menemukan sebuah buku berjudul "Blackstone's Commentaries". Ketika membaca buku itu, timbul hasrat yang besar dalam dirinya untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan bahkan sampai menjadi presiden Amerika Serikat.

Sahabat, ada banyak hal yang sepertinya kebetulan terjadi dalam kehidupan kita. Buku yang terbuang bisa mengantar Abraham menjadi seorang presiden. Bisa jadi juga ada banyak kebetulan yang terjadi dalam hidup yang sebenarnya mau mengantar kita pada keadaan yang lebih baik.

Sekali lagi kata kebetulan sekiranya tidak tepat, baiklah kita menyebutnya tuntunan Tuhan yang sedang bekerja dalam kehidupan kita.

Oleh sebab itu, jangan mengeluhkan suatu kenyataan hidup yang tidak terduga, kesulitan yang tidak diharapkan ataupun tantangan yang berat dan seolah tidak teratasi.

Percayalah setiap kesulitan diizinkan Tuhan hadir dalam kehidupan kita agar kita dapat melihat bagaimana Tuhan bekerja mendatangkan kebaikan di balik itu semua.

Tetaplah bertekun, tetaplah berusaha dan berharap di dalam Tuhan, maka kita bisa melihat tuntunan Tuhan yang selalu ada tepat pada waktunya.

PERCIKAN HATI
Kamis, 4 Februari 2016
Kamis, 4 Februari 2016
Hari Biasa Pekan IV
1Raj. 2:1-4,10-12; MT. 1Taw. 29:10,11ab,11d-12a,12bcd; Mrk. 6:7-13.

«Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua» - Mrk 6,7

Setelah beberapa saat para murid tinggal bersama Yesus, artinya mereka telah melibatkan diri secara langsung pada apa yang diajarkan dan dikerjakan Yesus, kini tiba saatnya mereka diutus untuk melakukan hal yang sama dengan yang diajarkan dan dikerjakan Yesus. Mereka hanya dibekali 2 hal: kuasa dari Yesus dan seorang teman. Hal ini berarti: pertama, mereka diajak untuk hanya mengandalkan Yesus dan kuasa (= rahmat) yang diberikan kepada mereka. Hal-hal duniawi (uang, baju berlebih) tidak boleh dijadikan andalan. Kedua, mereka berlatih untuk saling menjadi teman satu sama lain, untuk saling bekerja sama. Namun, mengapa hanya berdua-dua, nanti kalau ada soal atau perselisihan, siapa yang jadi penengah? Justru itulah seninya: mereka harus selalu ingat bahwa Tuhan sendiri selalu menyertai mereka dengan kuasa-Nya. Dalam segala hal, yang menjadi andalan, pedoman dan pertimbangan utama adalah Tuhan dan kehendak-Nya.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar dalam menjalankan panggilan dan perutusan-Mu, kami mampu menjadikan-Mu sebagai andalan, pedoman dan pertimbangan utama. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Wednesday, February 3, 2016

«Ia heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar» - Mrk 6,6

Rabu, 3 Februari 2016
St. Blasius
2Sam. 24:2,9-17; Mzm. 32:1-2,5,6,7; Mrk. 6:1-6.

«Ia heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar» - Mrk 6,6

Rencana dan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia tidak terbatalkan oleh karena penolakan dari pihak manusia. Demikian pula, kasih dan kelembutan Allah tidak berkurung sedikit pun oleh karena kekerasan hati manusia. Maka, ketika Yesus ditolak oleh orang-orang Nazaret, Ia tidak merasa putus asa. Marah pun sepertinya tidak, tetapi hanya merasa heran atas sikap mereka. Bahkan ketika mereka ingin menggunakan kekerasan, Yesus tidak menanggapinya dengan kekerasan tetapi memilih pergi dengan tenang (Luk 4,28-30). Ia pergi ke tempat-tempat lain untuk melanjutkan misi-Nya, karena meski di tempat asal-Nya sendiri Ia ditolak, tetapi di tempat lain Ia justru diterima, diimani dan diikuti. Semoga, di hati kita dan dalam keluarga kita, Ia selalu mendapat tempat: senantiasa kita terima, kita dengarkan, kita imani dan kita ikuti.

Doa: Tuhan, bantulah kami dengan rahmat-Mu agar hati kami dan keluarga kami selalu terbuka untuk menerima-Mu. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tuesday, February 2, 2016

Markus 6:4


Mrk 6:4Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."

Monday, February 1, 2016

Kita Tidak Sendiri

PERCIKAN HATI
Rubrik Inspirasi Kitab Suci

Kita Tidak Sendiri

"Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Flp. 2:6-8)

Sama seperti kita, Yesus pun pernah merasakan takut, cemas, sakit dan menderita. Yesus tidak hanya menderita di puncak Kalvari tapi juga menderita batin-Nya karena mendapat tuduhan palsu bahkan juga ditinggalkan oleh para murid-Nya.

Tapi semuanya itu berhasil dilalui Yesus karena cinta-Nya yang begitu besar untuk kita. Yesus rela menderita karena ia solider, senasib dan sepenanggungan dengan kita, manusia.

Oleh sebab itu, jangan pernah merasa ditinggalkan dan sendirian ketika penderitaan dan rasa sakit hadir dalam kehidupan kita. Ketahuilah Yesus pun pernah merasakan itu semua.

Satukanlah segala penderitaan dan sakit yang kita alami terlebih jika itu untuk memperjuangkan sesuatu yang benar dan baik dengan penderitaan Yesus di kayu salib.

Berdoalah mohon kekuatan dari Yesus agar kita mampu melalui segala penderitaan itu dan pada saatnya kita bisa melihat mahkota perjuangan yang telah kita usahakan seperti Yesus yang telah bangkit mengalahkan maut.

PERCIKAN HATI
Selasa, 2 Februari 2016

Mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan” – Luk 2,22-23

Selasa, 2 Februari 2016
PestaYesus Dipersembahkan di Bait Allah
Mal. 3:1-4 atau Ibr. 2:14-18;Mzm. 24:7,8,9,10; Luk. 2:22-40 (Luk. 2:22-32).

"Mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan" – Luk 2,22-23

Hari ini kita merayakan Pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah, atau lebih tepatnya Yesus dipersembahkan kepada Allah, sebagaimana dikisahkan oleh penginjil Lukas. Saya tawarkan satu poin permenungan dan aktualisasi bisa kita petik dari pesta ini. Kita para orangtua (saat-saat ini kita sedang berfokus pada keluarga) diajak meneladan Maria dan Yusuf: membawa atau mengantar dan menyerahkan anak-anak kepada Tuhan. Anak bukanlah milik sepenuhnya dari orangtua tetapi milik Tuhan yang dititipkan kepada orangtua. Oleh karena itu, orangtua wajib membawanya kepada Tuhan, agar sesuai dengan masa-masa pertumbuhannya, mereka pelan-pelan dapat semakin mengenal Tuhan dan mengimani-Nya dengan teguh. Itu berarti tugas orangtua tidak cukup hanya membaptiskan anak saja tetapi harus diikuti dengan pendampingan dan pendidikan iman yang kontinyu: dibiasakan doa bersama dalam keluarga, dibacakan atau diceritakan kisah-kisah Kitab Suci dan santo-santa, dibawa atau diajak berkegiatan di lingkungan dan di Gereja (tidak hanya diajak jalan-jalan ke mall saja!), didampingi ikut Bina Iman Anak dan Remaja (tidak hanya dicekoki dengan les dan les). Dalam hal ini, kami, para imam yang tidak punya anak pun, tidak berarti bebas dari tugas ini. Para imam diharapkan membantu dan memfasilitasi, misalnya dengan kunjungan keluarga, mengadakan kegiatan-kegiatan pendampingan anak-anak, menjadikan gereja, pastoran dan dirinya sendiri welcome pada anak-anak.

Doa: Tuhan, berkatilah secara khusus mereka yang Kaupanggil untuk hidup berkeluarga dan menjadi orangtua: semoga mereka memberikan pendidikan iman kepada anak-anak seturut teladan Maria dan Yusuf. Amin.

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Pesta Yesus dipersembahkan di Kenizah


Pesta Yesus dipersembahkan di Kenizah 

Empat puluh hari yang lalu, kita merayakan pesta kelahiran Yesus, Juruselamat Dunia. Dan hari ini kita memperingati peristiwa Yesus dipersembahkan kepada Allah di Kenizah Yerusalem. Peristiwa ini terjadi sesuai dengan tuntutan Hukum Taurat Musa: Setiap anak laki- laki sulung harus dikuduskan bagi Allah pada hari yang ke 40. Yusuf dan Maria menepati hukum itu. Mereka datang dengan membawa serta sepasang burung merpati sebagai persembahan suturut adat Yahudi. Dengan bertindak demikian mereka tidak saja memenuhi hukum Tuhan, tetapi juga mau memberi teladan bagi kita dalam hal ketaatan pada hukum: Hukum Tuhan, Hukum Gereja dan Hukum Negara. 
Sesuai dengan kebiasaan, Maria menyerahkan anaknya Yesus kepada Imam yang bertugas yang nantinya akan meletakkan Yesus di altar Tuhan sebagai persembahan kepada Allah. Sedangkan Yusuf membawa dua ekor merpati itu dan memberikannya kepada imam untuk dikurbankan menggantikan Yesus. Setelah merpati itu dikurbankan, Yesus diserahkan kembali kepada orang tuanya. Persembahan anak laki-laki sulung kepada Tuhan merupakan suatu tindakan iman untuk menyatakan bahwa anak itu sesungguhnya adalah karunia Tuhan. Maka tindakan Maria dan Yusuf tidak hanya menunjukkan bahwa mereka mau menaati Hukum Taurat Musa tetapi juga mau menunjukkan imannya kepada Allah sebagai pemberi Yesus. 
Peristiwa persembahan Yesus di kenizah bukanlah peristiwa biasa seperti yang terjadi atas semua anak sulung orang Israel. Peristiwa itu adalah suatu peristiwa keselamatan karena terjadi atas Pribadi Putera Allah sendiri yang menentukan sejarah dunia. Kedatangan Simeon dan Hana ke Kenizah Allah atas dorongan Roh Kudus membuktikan secara lebih tandas lagi makna peristiwa itu. Mereka datang untuk bertemu dan menyaksikan sendiri sang Mesias yang dijanjikan Allah sebagai penebus umat manusia. 
Pada hari itupun kita diundang dan dikumpulkan oleh Roh Kudus di dalam gereja untuk bertemu dengan Kristus dalam perjamuan Kudus. Di dalamnya kita menjumpai dan mengenal Dia sampai pada hari Ia datang dalam semarak kemulian-Nya. 


Dikutip dari www.imankatolik.or.id




Ada Bearings