Tuesday, December 20, 2016

Renungan, 20 Desember 2016

Selasa, 20 Desember 2016
Hari Biasa Khusus Adven
Yes. 7:10-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 1:26-38.

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1,38)

Hari ini kita diajak untuk belajar dari Bunda Maria, bagaimana mempersiapkan diri menyambut kehadiran Yesus. Sebagai seorang perawan yang belum bersuami, tentunya merasa takut, cemas dan bertanya-tanya ketika menerima berita bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Perasaan-perasaan tersebut amatlah wajar, mengingat bahwa mengandung tanpa seorang suami tidak hanya merupakan masalah yang sulit diterima oleh akal sehat tetapi juga tidak bisa diterima oleh masyarakat, baik secara moral maupun hukum. Namun, berkat imannya, Maria dapat mengalahkan semua perasaan tersebut. Ia menerima tugas perutusan untuk mengandung, melahirkan, dan mengasuh Yesus dengan penuh ketaatan. Sekarang, kita pun sedang menyongsong kedatangan Yesus. Ia berkenan untuk lahir dan tinggal di dalam hati kita masing-masing. Oleh karena itu, kita pun juga dipanggil dan diutus untuk "mengandung" Yesus dalam hati kita, juga untuk "melahirkan" Dia melalui kesaksian hidup kita sehari-hari. Hal ini tentu bukan tanpa risiko: dicurigai, dibenci, dicaci, dilarang ini dan itu, dll. Semoga, teladan ketaatan Bunda Maria yang berani mengambil risiko tersebut, senantiasa menguatkan dan memberanikan kita.

Doa: Tuhan, kuatkanlah iman kami untuk menerima dan menjadi saksi Putera-Mu, Sang Juruselamat kami, lebih-lebih manakala kami harus menghadapi risiko atas iman kami. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Jogja)



Ada Bearings

Tuesday, September 20, 2016

MENJADI MANUSIA YANG BAHAGIA


MENJADI MANUSIA YANG BAHAGIA

Alihbahasa oleh Rm. Ignatius Ismartono, SJ

"Engkau mungkin memiliki kekurangan, merasa gelisah dan kadangkala hidup tak tenteram, namun jangan lupa hidupmu adalah sebuah proyek terbesar di dunia ini. Hanya engkau yg sanggup menjaga agar tidak merosot.
Ada banyak orang membutuhkanmu, mengagumimu dan mencintaimu.

Aku ingin mengingatkanmu bahwa menjadi bahagia bukan berarti memiliki
langit tanpa badai, atau
jalan tanpa musibah, atau
 bekerja tanpa merasa letih, ataupun
hubungan tanpa kekecewaan.

Menjadi bahagia adalah mencari
kekuatan utk memaafkan,
 mencari harapan dalam perjuangan
mencari rasa aman di saat ketakutan,
mencari kasih di saat perselisihan.

Menjadi bahagia bukan hanya menyimpan senyum, tetapi juga mengolah kesedihan.

Bukan hanya mengenang kejayaan, melainkan juga belajar dari kegagalan.

Bukan hanya bergembira karena menerima tepuk tangan meriah, tetapi juga bergembira meskipun tak ternama.

Menjadi bahagia adalah mengakui bahwa hidup ini berharga, meskipun banyak tantangan, salah paham dan saat-saat krisis.

Menjadi bahagia bukanlah sebuah takdir, yg tak terelakkan, melainkan sebuah kemenangan bagi mereka yg mampu menyongsongnya dgn menjadi diri sendiri.

Menjadi bahagia berarti berhenti memandang diri sebagai korban dari berbagai masalah, melainkan menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri.

Bukan hanya menyeberangi padang gurun yg berada diluar diri kita, tapi lebih dr pada itu, mampu mencari mata air dlm kekeringan batin kita.

Menjadi bahagia adalah mengucap syukur setiap pagi atas mukjizat kehidupan.

Menjadi bahagia bkn merasa takut atas perasaan kita. Melainkan bagaimana membawa diri kita. Utk menanggungnya dgn berani ketika diri kita ditolak.

Utk memiliki rasa mantab ketika dikritik, meskipun kritik itu tidak adil.

Dgn mencium anak2, merawat orang tua, menciptakan saat2 indah bersama sahabat2, meskipun mereka pernah menyakiti kita.

Menjadi bahagia berarti membiarkan hidup anak yg bebas, bahagia dan sederhana yg ada dlm diri kita; memiliki kedewasaan utk mengaku "Saya Salah", & memiliki keberanian utk berkata "Maafkan Saya"...

Memiliki kepekaan utk mengutarakan "Aku membutuhkan kamu" ; memiliki kemampuan utk berkata "Aku....

Dgn demikian hidupmu menjadi sebuah taman yg penuh dengan kesempatan utk menjadi bahagia.

Di musim semi-mu, jadilah pecinta keriangan. Di musim dingin-mu, jadilah seorang sahabat kebijaksanaan.

Dan ketika engkau melakukan kesalahan, mulailah lagi dari awal. Dgn demikian engkau akan lebih bersemangat dlm menjalankan kehidupan.

Dan engkau akan mengerti bhw kebahagiaan bkn berarti memiliki kehidupan yg sempurna, melainkan menggunakan airmata utk menyirami toleransi, menggunakan kehilangan utk lebih memantabkan kesabaran, kegagalan utk mengukir ketenangan hati, penderitaan utk dijadikan landasaan kenikmatan, kesulitan utk membuka jendela kecerdasan.

Jgn menyerah... Jgn berhenti mengasihi orang2 yg engkau cintai..... Jgn menyerah utk menjadi bahagia karena kehidupan adalah sebuah pertunjukan yg menakjubkan.

Dan engkau adalah seorang manusia yg luarbiasa!"

Paus Fransiskus



Monday, September 19, 2016

Cerita Insprasi

Ternyata: Michael Jordan, berkulit hitam, lahir pada tahun 1963, di daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia memiliki empat orang saudara, sementara upah ayahnya yang hanya sedikit tidak cukup untuk menafkahi keluarga. Semenjak kecil, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga ia sama sekali tidak bisa melihat harapan masa depannya.

Ketika ia berusia tiga belas tahun, ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya, "Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?"

Jordan menjawab, "Mungkin 1 dollar."

Ayahnya kembali berkata, "Bisakah dijual seharga 2 dollar? Jika engkau berhasil menjualnya, berarti telah membantu ayah dan ibumu."

Jordan menganggukkan kepalanya, "Saya akan mencobanya, tapi belum tentu bisa berhasil."

Dengan hati-hati dicucinya pakaian itu hingga bersih. Karena tidak ada setrika untuk melicinkan pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur sampai kering. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu ke stasiun bawah tanah yang ramai, ditawarkannya hingga lebih dari enam jam. Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu. Kini ia memegang lembaran uang 2 dollar dan berlarilah ia pulang.

Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas, lalu dirapikan kembali dan dijualnya di keramaian. Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, "Coba engkau pikirkan bagaimana caranya untuk menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar?"

Kata Jordan, "Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling tinggi nilainya hanya 2 dollar."

Ayahnya kembali memberikan inspirasi, "Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? Pasti ada jalan."

Akhirnya, Jordan mendapatkan satu ide, ia meminta bantuan sepupunya yang belajar melukis untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Lalu ia berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Tak lama kemudian seorang pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu, sehingga ia memberikan tip 5 dolar. Tentu saja 25 dollar adalah jumlah yang besar bagi Jordan, setara dengan satu bulan gaji dari ayahnya.

Setibanya di rumah, ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, "Apakah engkau mampu menjualnya kembali dengan harga 200 dolar?" Mata ayahnya tampak berbinar.

Kali ini, Jordan menerima pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian kebetulan aktris film populer "Charlie Angels", Farah Fawcett datang ke New York melakukan promo. Setelah konferensi pers, Jordan pun menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan senang hati membubuhkan tanda tangannya pada pakaian itu.

Jordan pun berteriak dengan sangat gembira, "Ini adalah sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!" Ia pun melelang pakaian itu, hingga seorang pengusaha membelinya dengan harga 1.200 dollar.

Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, "Tidak terbayangkan kalau engkau berhasil melakukannya. Anakku! Engkau sungguh hebat!"

Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya dengan kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, "Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian yang sudah kau lakukan, apakah yang berhasil engkau pahami?"

Jordan menjawab dengan rasa haru, "Selama kita mau berpikir dengan otak, pasti ada caranya."

Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian menggelengkan kepala, "Yang engkau katakan tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup? Mungkin kita berkulit lebih gelap dan lebih miskin, tapi apa bedanya?"

Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, lalu apakah saya punya alasan untuk meremehkan diri sendiri?

Sejak saat itu, dalam hal apapun, Michael Jordan merasa bahwa masa depannya indah dan penuh harapan.

Potensi diri kita begitu besar, jangan dipandang kecil hanya karena kita terlihat lecek, kumal, dan belum "diasah". Tetaplah berusaha dan teruslah mengasah kecerdasan dalam melakukannya.
SEMANGAT !!

Tuesday, July 12, 2016

Orang kecil

______

Rabu, 13 Juli 2016
Pw. St. Henrikus
Yes. 10:5-7,13-16; Mzm. 94:5-6,7-8,9-10,14-15; Mat. 11:25-27.

"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil." (Mat 11,25)

Orang-orang yang kecil dan sederhana biasanya lebih mudah untuk merasa kagum dan bersyukur. Mereka lebih mudah untuk melihat kehadiran, karya dan kebaikan Tuhan dalam pengalaman hidup yang kecil dan sederhana, bahkan yang remeh. Oleh karena itu, menurut hemat saya, kunci untuk mengerti Tuhan yang berkenan menyatakan diri-Nya, bukan hanya dari pihak Tuhan sendiri tetapi juga dari pihak kita. Kita harus mau menjadi orang yang kecil dan sederhana agar lebih mudah mengandalkan diri pada rahmat-Nya sehingga mampu melihat kehadiran dan karya-Nya serta mensyukurinya. Sebaliknya, orang yang memposisikan diri sebagai orang pandai cenderung mengandalkan diri sendiri dan menutup diri pada rahmat Tuhan. Padahal untuk mengenal dan memahami Tuhan serta kehendak-Nya yang dibutuhkan pertama-tama bukanlah kemampuan kita tetapi rahmat Tuhan yang memberi pencerahan pada akan budi dan membuka mata iman kita. Dalam hal ini, St. Bonaventura pernah menyampaikan kata-kata yang amat indah dan inspiratif: "Kesombongan biasanya menggilakan manusia, karena ia diajar untuk meremehkan apa yang sangat berharga seperti rahmat dan keselamatan, dan menjunjung tinggi apa yang seharusnya di cela seperti kesia-siaan dan keserahakan." Sementara itu, "Ketakutan akan Allah merintangi seseorang untuk menyukai hal-hal yang fana, yang mengandung benih-benih dosa".

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu menjadi orang yang kecil dan sederhana, yang senantiasa membuka diri serta mengandalkan rahmat-Mu. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Monday, June 27, 2016

Senin, 27 Juni 2016
Sirillus dr Aleksandria
Am. 2:6-10,13-16; Mzm. 50:16bc-17,18-19,20-21,22-23; Mat. 8:18-22.

Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." - Mat 8,22

Orang yang suka menunda, misalnya pekerjaan dan permintaan orang lain, apalagi disertai dengan banyak alasan yang dicari-cari, biasanya merupakan orang yang kurang serius dan kurang bisa menghargai diri sendiri, waktu dan orang lain. Saya rasa ini salah satu pesan yang bisa kita ambil dari Injil hari ini. Orang yang mengatakan: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku," menunjukkan sikap yang tidak serius untuk mengikuti Yesus. Kemungkinan besar pada saat itu ayahnya masih hidup, masih sehat dan tidak tahu kapan akan dipanggil Tuhan. Jadi, dengan kata-kata itu, ia hendak menyampaikan: "Tuhan, aku ingin mengikuti-Mu, tapi nanti saja kalau ayah saya sudah mati dan saya telah selesai menguburkan dia". Ia ingin menunda untuk mengikuti Yesus sampai batas waktu yang tidak jelas. Dalam diri kita, sikap tersebut mungkin juga muncul: ketika kita dipanggil dan diutus untuk melibatkan diri dalam kegiatan di paroki atau lingkungan, apalagi menjadi pengurus, kadang kita menolak dan menunda dengan mengatakan "besok saja kalau sudah tua atau kalau sudah tidak repot mengurusi pekerjaan, dll". Ya, boleh-boleh saja. Manusiawi. Tapi, dari jawaban Yesus kita mengerti bahwa mengikuti-Nya membutuhkan jawaban segera, tidak perlu menunda dan cari-cari alasan.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami selalu siap sedia untuk menerima dan melaksanakan panggilan dan perutusan-Mu. Amin.
-agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Friday, June 17, 2016

Bahaya

-Resiko sebuah Ucapan-

Bagaimana seekor kerbau yang baik bisa mati hanya karena sebuah OPINI, ikuti ceritanya :

1. Sehabis pulang dari sawah kerbau rebahan di kandang dengan wajah capek dan nafas yang berat. Datanglah seekor anjing. Kerbau lalu berucap, "Aah teman lama, saya sungguh capek dan besok ingin istirahat sehari."

2. Anjing pergi dan jumpa kucing di sudut tembok, dan berkata, "Tadi saya jumpa kerbau dan dia besok ingin istirahat dulu.. Sudah sepantasnya.. Sebab boss kasih kerjaan terlalu berat."

3. Kucing lalu cerita kepada kambing dan berkata, "Kerbau komplain boss kasih kerja terlalu banyak dan berat. Besok tidak mau kerja lagi."

4. Kambing jumpa ayam dan berucap, "Kerbau tidak senang bekerja untuk boss lagi, sebab mungkin ada boss lain yang lebih baik."

5. Ayam jumpa monyet dan berkata, "Kerbau tidak akan kerja untuk bossnya dan ingin mencari kerja di tempat boss yang lain."

6. Saat makan malam monyet jumpa boss dan berkata, "Boss, si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain."

7. Mendengar ucapan monyet, boss marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah berkhianat kepadanya.

Ucapan asli kerbau: SAYA SUNGGUH CAPEK & BESOK INGIN ISTIRAHAT SEHARI DENGAN BAIK.

Lewat beberapa teman akhirnya ucapan ini sampai kepada boss dan pernyataan kerbau telah berubah menjadi: Si Kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain.

Sangat baik untuk disimak:
1. Ada kalanya suatu ucapan harus berhenti sampai telinga kita saja. Tidak perlu diteruskan ke orang lain.

2. Jangan telan bulat atau percaya begitu saja apa yang dikatakan orang lain walaupun itu orang terdekat kita. Kita perlu check and recheck kebenarannya sebelum bertindak.

3. Kebiasaan meneruskan perkataan orang lain dengan kecenderungan menambahi/mengurangi bahkan menggantinya berdasarkan persepsi sendiri bisa berakibat fatal.

4. Bila ragu akan ucapan seseorang yang disampaikan oleh orang lain kepada kita, sebaiknya kita bertanya langsung kepada yang bersangkutan untuk memastikan informasi yang paling benar.

Friday, June 10, 2016

Membawa Berkat dan Sukacita

Sabtu, 11 Juni 2016
Pw. St. Barnabas, Rasul
Kis. 11:21b-26; 13:1-3; Mzm. 98:2-3ab,3c-4,5-6; Mat. 10:7-13.

"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan" - Mat 10,7-8

Hari ini, kita memperingati St. Barnabas. Nama "Barnabas" berarti "anak penghiburan" (Kis 4:36). Dalam bacaan I, dinyatakan bahwa "Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman, sejumlah orang dibawa kepada Tuhan." (Kis 11:14). Sebagai Rasul, dia sungguh-sungguh melaksanakan pesan Injil "Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan!" (Mat 10:8). Ketika Paulus yang sudah bertobat menjadi "pesakitan" karena murid-murid yang lain masih belum mau menerimanya, Barnabaslah satu-satunya orang yang menerimanya (Kis 9:27). Boleh dikatakan bahwa pada waktu itu, Paulus menderita "kusta", yakni penyakit yang tidak hanya menimbulkan derita fisik tetapi juga derita batin karena membuatnya dihindari, ditolak dan disingkirkan. Untung ada seorang Barnabas yang mau menerimanya. Peran Barnabas tidak hanya berhenti di situ: ketika harapan Paulus untuk mewartakan Injil "dimatikan" dengan dipulangkan ke Tarsus, tempat asalnya (Kis 9:30), lagi-lagi Barnabaslah yang kemudian menjemput dan mengajaknya mewartakan Injil di Antiokhia (Kis 11:25). Dengan cara itu, Barnabas telah membangkitkan kembali semangat mewartakan Injil dalam diri Paulus sampai akhirnya ia menjadi rasul yang besar. Dengan kepribadiannya yang baik, penuh Roh Kudus dan iman, Barnabas juga mampu mengusir setan yang semula merasuki para murid dan membuat mereka menolak Paulus, sehingga akhirnya para murid itu pun mau menerima Paulus dengan sukacita.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kehadiran kami di mana pun mampu membawa berkat dan sukacita bagi orang lain sebagaimana diteladankan oleh St. Barnabas. Amin.
-agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Wednesday, June 1, 2016

Mengapa berteriak saat marah

*MENGAPA KITA BERTERIAK SAAT MARAH*

_Konon bunda Teresa memandikan anak gelandangan ditepi sungai Gangga. Ia melihat ada keluarga yang sedang bertengkar, saling berteriak_.

_Ia berpaling ke murid2nya dan bertanya_ :
*"Kenapa orang suka saling berteriak kalau sedang marah?" Tanya bunda Teresa.*

_Salah satu menjawab:_ *"Karena kehilangan sabar, kita berteriak."*

*"Tetapi, kenapa harus berteriak pada orang yang ada di sebelahmu?*
*Kan, pesannya bisa juga sampai dengan cara halus?"* *tanyanya*

_Murid2 saling adu jawaban namun tidak ada satu yang mereka sepakati._

_Akhirnya sang bunda bertutur:_
*"Bila 2 orang bermarahan, hati mereka sangat menjauh.*
*Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar terdengar. Semakin marah, semakin keras teriakan karena jarak ke 2 hati pun semakin jauh."*

*"Apa yang terjadi saat 2 insan jatuh cinta?" lanjutnya.*
*"Mereka tidak berteriak pada 1 sama lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara ke 2 hati tidak ada atau sangat dekat."*

_Setelah merenung sejenak, ia meneruskan._
*"Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi?*
*Mereka tidak lagi bicara. Hanya berbisikan dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisikan. Mereka cukup saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah 2 insan yang saling mengasihi."*

_Bunda Teresa memandangi murid2nya dan mengingatkan dengan lembut:_
*"Jika terjadi pertengkaran, jangan biarkan hati menjauh. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh.*
*Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak lagi bisa ditempuh."...*

Saturday, May 28, 2016

Hari Raya Tubuh Dan Darah Kristus

Minggu, 29 Mei 2016
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS
Kej. 14:18-20; Mzm. 110:1,2,3,4; 1Kor. 11:23-26; Luk. 9:11b-17.

"Kamu harus memberi mereka makan" (Luk 9:13)

Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Di beberapa paroki, kesempatan ini juga digunakan untuk penerimaan komuni pertama. Oleh karena itu, ada baiknya kita memperdalam atau mengingat kembali makna Ekaristi, khususnya komuni kudus, di mana kita menerima Tubuh (dan Darah Kristus). Setelah kita disegarkan kembali mengenai makna Ekaristi dan komuni, harapannya kita semakin dimampukan untuk menghayati Ekaristi dan hidup secara ekaristis.

Dalam bacaan kedua hari ini, St. Paulus membantu kita untuk memahami makna komuni kudus. "Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (1Kor 11:26). Makan roti dan minum cawan yang dimaksud oleh St. Paulus ini adalah pada saat kita merayakan Ekaristi dan menerima komuni.

Roti yang kita terima dalam Ekaristi adalah Tubuh Kristus sendiri. Sebab, melalui Doa Syukur Agung Gereja, yang antara lain berbunyi, "Bapa yang mahabaik, kuduskanlah persembahan roti dan anggur ini dengan kuasa Roh Kudus, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan Darah, Putera-Mu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus" (DSA X), terjadilah perubahan roti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus.

Perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus ini disebut "transubstansiasi", yaitu berubahnya substansi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, kendati materi, rupa, rasa, dan bentuknya tetap roti dan anggur (lih. KGK 1376). Dalam hal ini, Paus Yohanes Paulus II, dengan mengutip St.Cyrilus, menegaskan bahwa, "dalam roti dan anggur, janganlah hanya melihat unsur alamiah, sebab Tuhan telah tegas menyatakan bahwa itu adalah Tubuh dan Darah-Nya. Iman memastikan bagimu, kendati indera menunjuk yang lain" (EE 15).

Dalam setiap bagian dari roti dan dalam setiap tetes anggur, Kristus hadir sepenuhnya dan seutuhnya. Maka, kita dapat menerima Kristus baik dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau keduanya bersama-sama (lih. KGK 1390). Meskipun dalam komuni kita hanya menerima Tubuh Kristus, bahkan hanya secuil saja, kita tetap menerima Kristus secara penuh.

Selanjutnya, St. Paulus menegaskan bahwa dengan makan roti ekaristi, yang adalah Tubuh Kristus, kita memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. "Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (1Kor 11:26). Ada 2 hal penting di sini, yaitu menyangkut iman kita akan kematian/wafat Yesus dan kedatangan-Nya kembali. Yang pertama mengenai wafat Yesus. Dalam surat yang sama, yakni kepada jemaat Korintus, St. Paulus menegaskan makna wafat Yesus, "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita" (1Kor 15:3). Hal yang sama dinyatakan oleh St. Petrus, "Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita" (1Ptr 3:18).

Yang kedua, mengenai kedatangan-Nya kembali. Maksud kedatangan-Nya kembali tidak lain dan tidak bukan juga untuk menyelamatkan kita. Hal ini disabdakan Yesus sendiri "Di rumah Bapa-Ku, banyak tempat tinggal. ... Sebab, Aku pergi ke sana untuk menyediakan tempat bagimu. ... Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yoh 14:2-3). Jadi, baik wafat Kristus maupun kedatangan-Nya kembali, semuanya dimaksudkan untuk menyelamatkan kita.

Yesus telah wafat, berarti sudah terjadi, dan Ia akan datang kembali, berarti belum terjadi. Dengan demikian, keselamatan kita di satu sisi sudah terlaksana, yakni melalui wafat Kristus, tetapi belum penuh karena Kristus belum datang kembali dan kita belum dibawa ke rumah Bapa. Jadi, kita masih menanti kepenuhan keselamatan itu. Selama menantikan kedatangan kembali Kristus, kita mempunyai tugas untuk memberitakan kematian Tuhan. "Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (1Kor 11:26).

Tugas kita untuk memberitakan kematian Tuhan ini, pertama-tama berarti memberi kesaksian akan belas kasih dan pengorbanan Kristus demi keselamatan kita. Dalam terang bacaan Injil, hal ini berarti kita harus menjadi tanda dan sarana kehadiran Kristus yang penuh belas kasih dan menghendaki, "Kamu harus memberi mereka makan" (Luk 9:13). Ia menghendaki agar kita berkorban untuk berbagi kepada sesama, sebagaimana Kristus sendiri telah mengorbankan diri bagi kita supaya kita mendapat bagian dalam kehidupan-Nya yang ilahi dan mulia. Kita diharapkan mau berbagi "lima roti dan dua ikan". Artinya, apa pun yang kita miliki – waktu, tenaga, pemikiran, keterampilan, pengetahuan, harta kekayaan, dll – meskipun hanya sedikit, kita persembahkan kepada Tuhan supaya Ia mengambilnya, lalu memberkati, kemudian membagi-bagikannya dan memberikannya kepada banyak orang, seperti yang Ia lakukan atas lima roti dan dua ikan itu (Luk 9:16).

Hidup yang diberkati Tuhan dan dibagi-bagikan inilah yang seringkali disebut sebagai hidup yang ekaristis. Jadi, hidup yang ekaristis tidak hanya berarti kita rajin dan tekun merayakan Ekaristi, tetapi sebagaimana roti ekaristi yang diberkati, kemudian dipecah-pecah, dan dibagikan kepada umat dalam komuni, kita pun harus demikian. Artinya, dengan merayakan Ekaristi, kita harus sampai pada penghayatan bahwa hidup kita dengan segala yang kita miliki dan alami, kita persembahkan kepada Tuhan untuk diberkati oleh-Nya kemudian dibagikan kepada orang lain. Itulah mengapa, setiap kali kita mengakhiri Perayaan Ekaristi, setelah menerima berkat Tuhan, kita semua diutus. Diutus untuk apa? Diutus untuk berbagi berkat, berbagi hidup, berbagi waktu, tenaga, pemikiran, keterampilan, pengetahuan, harta kekayaan, dll demi kesejahteraan dan keselamatan sesama.

Semoga, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus yang kita rayakan ini semakin mendorong kita untuk hidup secara ekaristis. Kita semakin mengerti makna Ekaristi, khususnya komuni kudus. Kita semakin rajin dan setia merayakan Ekaristi serta menghayatinya dengan lebih baik. Kita semakin mampu berbagi dan berkorban, sebagaimana Kristus telah mengorbankan diri-Nya dan berbagi hidup ilahi kepada kita.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, yang dalam Sakramen Ekaristi telah meninggalkan bagi kami kenangan akan misteri Paskah-Mu, bantulah kami untuk menyembah misteri Kudus Tubuh dan Darah-Mu dengan iman yang hidup agar kami dapat selalu merasakan buah-buah penebusan-Mu. Amin.

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Susunan Lagu Tugas Kor Wilayah 17, Sabtu 28 Mei 2016



Sent from Windows Mail

Tuesday, May 17, 2016

Thursday, May 5, 2016

Hari Pertema Novena Pentakosta

Jumat, 6 Mei 2016
Pekan VI Paskah
Hari Pertama Novena Pentakosta
Kis. 18:9-18; Mzm. 47:2-3,4-5,6-7; Yoh. 16:20-23a.

"Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita"

Realita hidup di dunia ini memang tidak membebaskan kita dari dukacita. Kita pernah kehilangan barang atau lebih-lebih orang yang kita kasihi. Kita pernah mengalami masalah atau persoalan hidup yang pelik. Kita pernah mendapat perlakuan tidak baik dari orang lain, bahkan dari sahabat, saudara atau anggota keluarga sendiri. Pada saat sekolah atau kuliah, kita juga pernah menghadapi materi pelajaran yang sangat sulit kita pahami dan pada saat ujian kita pun menghadapi kesulitan yang tak terpecahkan, bahkan membuat kita tidak lulus. Kita pernah gagal dalam usaha dan mungkin pernah juga ditolak saat mengajukan lamaran kerja. Inilah berbagai macam realitas hidup yang seringkali membuat kita harus berdukacita. Namun, semua itu tentu tidak membuat kita patah semangat, apalagi sampai putus asa. Selalu ada harapan baru dalam diri kita. Apalagi Tuhan sendiri yang menjadi sumber pengharapan kita yang tertinggi. Pada saat yang tepat, kalau kita tetap dan terus berusaha serta menggantungkan perngharapan kita pada Tuhan, Ia akan menganugerahkan kepada kita sukacita yang sejati. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tuesday, April 19, 2016

Pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku” – Yoh 10,25

Selasa, 19 April 2016
Hari Biasa Pekan IV Paskah
"Fidelis est, qui vocat vos, qui etiam faciet" (1Tes 5:24)


"Pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku" – Yoh 10,25

Bersaksi memang tidak cukup kalau hanya dengan kata-kata. Kesaksian yang baik, lebih-lebih kalau berkaitan dengan kesaksian hidup, tentu akan lebih kuat kalau tidak hanya dengan kata-kata tetapi lebih-lebih dengan tindakan. Yesus yang mengajar dengan penuh kuasa (Mrk 1,22) memberi kesaksian bahwa Ia datang dari Allah. Namun, kesaksian-Nya itu semakin dikuatkan melalui apa yang Dia kerjakan: mengampuni, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, membangkitkan orang mati, dll. Semoga, kita yang telah diangkat manjadi anak-anak Allah pun mampu memberi kesaksian hidup, tidak hanya melalui kata-kata baik yang kita ucapkan tetapi lebih-lebih melalui pekerjaan-pekerjaan baik yang kita lakukan: mengampuni, memohon maaf untuk menyembuhkan sakit hati, melawan kejahatan, membangkitkan harapan dan semangat, dll.

Doa: Jadikan aku pembawa damai (PS 221)

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Monday, April 11, 2016

Rumah Roti

Selasa, 12 April 2016
Hari Biasa Pekan III Paskah
Kis. 7:51-8:1a; Mzm. 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh. 6:30-35.

"Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" - Yoh 6,35

Orang hidup, supaya tetap sehat, punya kekuatan dan dapat bertahan hidup, mutlak membutuhkan makanan. Yesus sendiri juga menggunakan makanan untuk menunjukkan kepada para murid bahwa Ia sungguh-sungguh bangkit dan hidup kembali (Luk 24,41-43). Untuk menekankan betapa pentingnya Dia bagi hidup kita, Yesus menjadikan diri-Nya sendiri sebagai makanan. Dia adalah Sabda yang menjadi Manusia, dilahirkan di Betlehem, nama kota yang berarti "rumah roti", dan dibaringkan di atas palungan, tempat yang biasa dipakai untuk menaruh makanan ternak. Sepanjang hidup-Nya, Ia memberikan makan kepada para pengikut-Nya, baik makanan yang sesungguhnya maupun "makanan sabda-Nya". Pada akhir hidup-Nya, Ia meninggalkan bagi kita "Perjamuan Tubuh dan Darah-Nya" yang sampai sekarang terus-menerus kita buat untuk mengenang-Nya. Oleh karena itu, kita diundang untuk terus-menerus datang kepada-Nya untuk menikmati santapan sabda dan Tubuh-Nya. Ia tidak pernah lelah mengundang kita dan menyiapkan hidangan bagi kita, namun seringkali justru kita yang lelah untuk datang kepada-Nya. Kita mengabaikan undangan-Nya dan sibuk mencari makanan sendiri yang kita pikir bisa menjamin hidup kita. Kiranya baik mengingat sabda Tuhan hari kemarin: "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu" (Yoh 6,27).

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami tidak pernah lelah apalagi sampai mengabaikan undangan-Mu untuk datang kepada-Mu dan menyambut santapan sabda serta roti kehidupan yang selalu Kausediakan bagi kami. Amin. •agawpr•

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Friday, April 8, 2016

Jum'at, 8 April 2016
Hari Biasa Pekan II Paskah
Kis. 5:34-42; Mzm. 27:1,4,13-14; Yoh. 6:1-15.

"Ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan … Yesus mengambil roti itu, Jum'at, 8 April 2016
Hari Biasa Pekan II Paskah
Kis. 5:34-42; Mzm. 27:1,4,13-14; Yoh. 6:1-15.

"Ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan … Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka" – Yoh 6,9-11

Tentunya kita sudah sering mendengarkan bacaan dan renungan tentang mukjizat penggandaan roti ini. Saya sendiri, setiap kali merenungkannya selalu tertarik dengan sesosok anak kecil tanpa nama yang kemudian menjadi tokoh protagonis dalam kisah ini. Lima roti dan dua ikan yang dimilikinya, tidak ia sembunyikan untuk dimakan sendiri secara sembunyi-sembunyi tetapi justru diperlihatkan kepada Andreas. Andreas pun lalu mengatakan hal itu kepada Yesus dan Yesus menerima persembahan tulus dari seorang anak kecil itu untuk kemudian menjadikannya berkat yang mencukupi banyak orang. Anominitas anak kecil ini mengundang kita untuk mau memberikan nama kita masing-masing kepadanya. Itu berarti, meskipun kita adalah orang yang kecil dan yang kita miliki hanya sedikit, kita diundang untuk berani dengan rela dan tulus iklas mempersembahkan yang sedikit itu kepada Tuhan dengan cara berbagi kepada sesama. Dengan demikian, tidak hanya kita sendiri yang "kenyang", tetapi semua orang menjadi berkecukupan, bahkan berlebih.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami selalu tergerak untuk berbagi dengan orang lain atas apa yang kami miliki sebagai anugerah dari-Mu. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tentunya kita sudah sering mendengarkan bacaan dan renungan tentang mukjizat penggandaan roti ini. Saya sendiri, setiap kali merenungkannya selalu tertarik dengan sesosok anak kecil tanpa nama yang kemudian menjadi tokoh protagonis dalam kisah ini. Lima roti dan dua ikan yang dimilikinya, tidak ia sembunyikan untuk dimakan sendiri secara sembunyi-sembunyi tetapi justru diperlihatkan kepada Andreas. Andreas pun lalu mengatakan hal itu kepada Yesus dan Yesus menerima persembahan tulus dari seorang anak kecil itu untuk kemudian menjadikannya berkat yang mencukupi banyak orang. Anominitas anak kecil ini mengundang kita untuk mau memberikan nama kita masing-masing kepadanya. Itu berarti, meskipun kita adalah orang yang kecil dan yang kita miliki hanya sedikit, kita diundang untuk berani dengan rela dan tulus iklas mempersembahkan yang sedikit itu kepada Tuhan dengan cara berbagi kepada sesama. Dengan demikian, tidak hanya kita sendiri yang "kenyang", tetapi semua orang menjadi berkecukupan, bahkan berlebih.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami selalu tergerak untuk berbagi dengan orang lain atas apa yang kami miliki sebagai anugerah dari-Mu. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Wednesday, April 6, 2016

Bacaan Liturgi 06 Apr 2016

Bacaan Liturgi 06 Apr 2016

Rabu Pekan Paskah II

Bacaan 1 : Kis 5:17-26
Mazmur : Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Injil : Yoh 3:16-21

Bacaan Pertama
Kis 5:17-26
Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara,
ada di dalam Bait Allah, dan mereka mengajar orang banyak.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Imam Besar Yahudi dan pengikut-pengikutnya,
yaitu orang-orang dari mazhab Saduki di Yerusalem
mulai bertindak terhadap jemaat,
sebab mereka sangat iri hati.
Mereka menangkap rasul-rasul,
lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.

Tetapi waktu malam,
seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu
dan membawa mereka ke luar.
Kata malaikat itu,
"Pergilah, berdirilah di Bait Allah,
dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak."

Mereka mentaati pesan itu,
dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah,
lalu mulai mengajar di situ.

Sementara itu
Imam Besar dan pengikut-pengikutnya
menyuruh Mahkamah Agama berkumpul,
yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel,
dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara.
Tetapi ketika para petugas datang ke penjara,
mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ.
Lalu mereka kembali dan memberitahukan,
"Kami mendapati penjara terkunci dengan sangat rapinya,
dan semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu.
Tetapi setelah kami membukanya,
tidak seorang pun yang kami temukan di dalamnya."

Ketika kepala pengawal Bait Allah dan imam-imam kepala
mendengar laporan itu,
mereka cemas dan bertanya apa yang telah terjadi
dengan rasul-rasul itu.
Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar,
"Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara,
ada di dalam Bait Allah, dan mereka mengajar orang banyak."
Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah,
lalu mengambil kedua rasul itu,
tetapi tidak dengan kekerasan,
karena mereka takut
kalau-kalau orang banyak melempari mereka dengan batu.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
R:7a
Orang yang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkan.

*Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu;
puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku.
Karena Tuhan jiwaku bermegah;
biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.

*Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan daku,
marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya.
Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.

*Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya,
maka mukamu akan berseri-seri,
dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan;
Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

*Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa,
lalu meluputkan mereka.
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!

Bait Pengantar Injil
Yoh 3:16
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil
Yoh 3:16-21
Allah mengutus Anak-Nya untuk menyelamatkan dunia.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata,
"Begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia
bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya.
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum;
tetapi barangsiapa tidak percaya,
ia telah berada di bawah hukuman,
sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Dan inilah hukuman itu:
Terang telah datang ke dalam dunia,
tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang,
sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Sebab barangsiapa berbuat jahat,
membenci terang dan tidak datang kepada terang itu,
supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;
tetapi barangsiapa melakukan yang benar,
ia datang kepada terang,
supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya
dilakukan dalam Allah."

Demikianlah Injil Tuhan.

Tan Yusuph

Wednesday, March 30, 2016

“Mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti” – Luk 24,35.

Rabu, 30 Maret 2016
HARI RABU DALAM OKTAF PASKAH
Kis. 3:1-10; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9; Luk. 24:13-35.

"Mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti" – Luk 24,35.

Kisah 2 murid Emaus ini menggambarkan bahwa untuk mengenal Tuhan dibutuhkan proses (sama dengan pengalaman Maria Magdalena). Semula, meski Yesus hadir dan berjalan bersama mereka, meraka tidak mengenal-Nya. Mengapa? Karena hati dan pikiran mereka gelap, bingung dan kecewa (ay.18-24). Ketika Yesus menerangkan isi Kitab Suci, hati mereka berkobar-kobar (ay.32), tetapi tetap belum mampu mengenali-Nya. Baru setelah mereka berhenti, masuk ke rumah, dan Yesus yang belum dikenalnya itu dipaksa singgah (ay.29) lalu Ia memecah-mecah dan membagi-bagikan roti, pada saat itulah mata mereka terbuka sehingga dapat mengenali-Nya (ay.31). Kedua murid tersebut, yang satu namanya Kleopas, yang lain, karena Lukas tidak menyebut namanya, kita beri nama kita masing-masing saja supaya kita pun menjadi saksi kebangkitan-Nya. Dengan demikian, kita pun mengalami kebangkitan-Nya: Ia hidup dan menyertai setiap langkah dalam perjalanan kita, juga pada saat kita bingung, kecewa, putus harapan, dll. Meski kita tidak mengenal-Nya, Ia hadir dalam hidup kita. Itulah makanya, amat penting bagi kita untuk berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanan dan pekerjaan, sebab pada saat itulah, dalam keheningan dan doa, lebih-lebih dalam Ekaristi, kita akan semakin mengenal-Nya.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami dapat semakin mengenali Putera-Mu yang bangkit dan hadir terus-menerus untuk menyertai perjalanan hidup kami. Amin. •agawpr•

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Wednesday, March 16, 2016

Jadwal Pekan Suci

“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” – Yoh 8,31.

Rabu, 16 Maret 2016
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Dan. 3:14-20,24-25,28; MTDan. 3:52,53,54,55,56; Yoh. 8:31-42.

"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku" – Yoh 8,31.

Kemarin, kita merenungkan kata-kata Yesus yang mengatakan bahwa barangsiapa tidak percaya kepada-Nya akan binasa (Yoh 8,24). Itu berarti "barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa". Namun, percaya saja tidak cukup. Kita harus melihat lebih jauh: bagaimana kita menghayati kepercayaan kita itu. Hal ini ditegaskan sendiri oleh Yesus ketika dalam Injil hari ini Ia berbicara kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya" (ay. 31). Kemarin, dengan mengutip kata-kata Paus Fransiskus, saya mengatakan bahwa iman kepercayaan itu harus diwujudkan dalam kasih. Hari ini, Yesus menegaskan bahwa kepercayaan kepada-Nya itu harus diwujudkan dengan tinggal secara tetap dalam firman-Nya dan dengan demikian kita menjadi murid-Nya. Intinya sama karena sabda dan perintah utama Kristus tidak lain dan tidak bukan adalah mengasihi Allah dan sesama (Mat 22,34-40). Yesus pun juga menegaskan: "Kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yoh 13,35).

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu untuk tetap tinggal dalam firman-Mu dan selalu berusaha agar firman-Mu itu terwujud secara nyata dalam hidup kami. Amin. •agawpr•

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Sunday, March 13, 2016

"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." – Yoh 8,11.

Minggu, 13 Maret 2016
HARI MINGGU PRAPASKAH V
Yes. 43:16-21; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Flp. 3:8-14;Yoh. 8:1-11.

"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." – Yoh 8,11.

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dengan penghakiman massal terhadap perempuan yang kedapatan berzinah, bermaksud menjadikan perempuan itu sebagai tontonan. Sebaliknya, Yesus dengan kasih dan pengampunan-Nya, mengubah tontonan itu menjadi tuntunan. Ia menuntun orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang buta mata hatinya untuk menyadari bahwa mereka juga berdosa, sehingga sama sekali tidak pantas untuk menghakimi dan menghukum sesama yang berdosa. Ia juga menuntun si wanita yang kedapatan berzinah untuk melihat kerahiman Tuhan yang tidak menghukumnya tetapi mengampuninya. Dengan pengampunan-Nya itu, berarti Yesus juga menuntunnya untuk menapaki hidup baru, yakni hidup dalam kasih yang memampukannya untuk memperbaiki diri terus-menerus dengan menghindari perbuatan dosa.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu melihat dan mengikuti tuntunan-Mu yang membawa kami pada hidup yang lebih baik. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Tuesday, March 8, 2016

Bertengkar dengan Adil

❤️PERCIKAN HATI
Rubrik Hidup Keluarga

«Bertengkar dengan Adil»

Kita semua tentu menginginkan keluarga yang harmonis dan bahagia. Tapi untuk mencapainya tentu perlu perjuangan dan usaha. Tidak jarang di tengah usaha untuk memperjuangkan kebahagiaan tersebut, ada riak-riak kecil yang menghasilkan silang pendapat dan pertengkaran.

Sahabat, ketahuilah itu hal yang wajar. Sebesar apapun keinginan kita untuk memperoleh keluarga yang sempurna dan bahagia, pada kenyataannya semua keluarga punya masalah dan tantangannya masing-masing.

Untuk itu, jika memang ada pertengkaran di tengah keluarga belajarlah untuk bertengkar demi kebaikan keluarga, artinya kita berusaha untuk menyatukan pendapat demi kebaikan bersama bukan untuk kemenangan dan ego kita secara pribadi.

Ingatlah untuk selalu menghormati kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika pasangan atau anak-anak kita punya perasaan yang lebih sensitif, usahakanlah untuk menyampaikan sesuatu dengan tegas tanpa menyakiti hati mereka.

Berilah alasan yang jelas mengapa kita marah agar setiap anggota keluarga dapat belajar untuk memperbaiki diri demi kepentingan bersama.
Percayalah setiap tantangan dan masalah yang kita temukan di tengah kehidupan keluarga bila dihadapi dengan sabar dan bijak pasti akan lebih menguatkan tali kasih dan kebersamaan kita sebagai sebuah keluarga.

❤️PERCIKAN HATI
«Rabu, 9 Maret 2016»
Selasa, 8 Maret 2016
Yohanes a Deo
Yeh. 47:1-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; Yoh. 5:1-16.

"Maukah engkau sembuh?" – Yoh 5, 6

Mukjizat penyembuhan di kolam Betesda seperti yang dikisahkan dalam Injil, rasanya amat mustahil dialami tokoh kita. Ia sudah 38 tahun sakit dan hanya bisa berbaring di dekat situ. Tentu ia tidak bisa bergerak dengan cepat untuk terjun sebagai orang pertama dalam kolam. Orang-orang lain yang ada di situ pun tidak ada yang peduli dengan kondisinya. Semua ingin mencari kesembuhannya sendiri. Untung ada Yesus: Ia melihat dan tahu kondisi serta harapan dalam hatinya (ay.6). Oleh karena itu, Ia menawarkan "Maukah, engkau sembuh?" Si sakit tidak langsung menjawab "Ya/mau", tetapi mengatakan kesulitan yang mengarah pada kemustahilan untuk bisa sembuh (ay.7). Namun, di balik itu, Ia menyapa Yesus yang tidak dikenalnya (13) dengan sebutan "Tuhan" (ay.7). Kita masing-masing pun menderita sakit dan tak kunjung sembuh. Bukan penyakit fisik tetapi rohani karena kerapuhan dan dosa-dosa kita. Setiap saat, Yesus pun menawarkan kesembuhan: "Maukah, engkau sembuh?" Dia adalah dokter pribadi dan keluarga kita yang selalu siap 24 jam.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu menanggapi tawaran untuk disembuhkan dari berbagai macam penyakit rohani akibat dosa-dosa kami. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Thursday, March 3, 2016

Mengasihi Tuhan dan sesama

❤️PERCIKAN HATI
Rubrik Renungan

«Mengasihi Tuhan dan Sesama»

"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
(Mrk. 12:33)

Memberi persembahan seperti korban bakaran dan korban sembelihan pada jaman Yesus atau memberi persembahan/derma pada saat sekarang ini tanpa mengasihi Tuhan dan sesama itu sama seperti ketika kita memberi kado atau hadiah ulang tahun kepada seseorang tapi kita tidak bertegur sapa dengannya atau bahkan kita tidak memberikan selamat ulang tahun padanya.

Kado itu pasti akan terasa hambar dan kurang bermakna. Karena antara sang pemberi dan sang penerima tidak terjalin suatu relasi khusus yang akrab.

Lain halnya bila yang memberikan kado itu adalah orang yang dekat dengan kita, orang yang kita kasihi dan cintai, maka walaupun kecil dan sederhana kita pasti akan sangat menghargai kado atau pemberian tersebut.

Sahabat, adakah kita juga memberi hadiah untuk Tuhan dan sesama tanpa membangun hubungan yang erat dengan-Nya dan orang-orang yang berada di sekitar kita? Mari kita belajar untuk mengasihi Tuhan dan sesama dengan lebih baik lagi.

Mendekatlah pada Tuhan, dan jangan biarkan diri kita semakin menjauh daripada-Nya dengan berbuat dosa. Kasihilah sesama di sekitar kita sebagaimana kita ingin dikasihi dan diperlakukan. Lakukanlah apa yang baik, maka kita pun akan menerima kembali hal yang sama.

Percayalah, kebaikan yang kita lakukan walaupun itu kecil dan sederhana pasti akan menjadi persembahan yang indah di hadapan Tuhan bila kita mau tekun dan setia melakukannya.

❤️PERCIKAN HATI
«Jumat, 4 Maret 2016»

Tuesday, March 1, 2016

Rabu, 2 Maret 2016
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
Ul. 4:1,5-9; Mzm. 147:12-13,15-16,19-20; Mat. 5:17-19.

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." – Mat 5,17

Kata-kata Yesus ini disampaikan pada awal karya publik-Nya dan merupakan bagian dari Kotbah di Bukit (Mat 5-7). Artinya, Yesus mengatakan itu semua sebelum banyak orang menyaksikan sikap dan tindakan-Nya yang seolah-olah melanggar Hukum Taurat, misalnya tentang puasa (Mat 9,14-17), aturan sabat (Mat 12,1-15a), pembasuhan tangan dan kaki serta perkakas persembahan (Mat 15,1-11; Mrk 7,1-23). Jadi, Ia sudah mengantisipasi dan menjelaskan semua yang nantinya akan dilakukan. Namun, orang-orang Yahudi, khususnya kaum Farisi dan para ahli Taurat tetap saja tidak mengerti. Maka, atas apa yang dilakukan Yesus, mereka tidak hanya protes tetapi juga menjadikannya sebagai alasan untuk mempesalahkan Yesus dan menjatuhi-Nya hukuman mati. Mengapa bisa begitu? Ya karena pada dasarnya hati mereka sudah tertutup, sudah menolak Yesus. Padahal jelas bahwa Yesus itulah satu-satunya Mesias yang sudah dinubuatkan sejak para nabi. Sejak dikandung dan dilahirkan oleh Maria, Ia telah menggenapi apa yang dinubuatkan para nabi (Mat 1,22-23).

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mengerti dan sungguh-sungguh menerima bahwa Yesus Kristus Kauutus untuk menggenapi karya penyelamatan-Mu sehingga kami pun ikut serta mengalaminya. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Sunday, February 28, 2016

Senin, 29 Februari 2016
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
2Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3; 43:3,4; Luk. 4:24-30.

"Pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." – Luk 4,27

Keselamatan dari Tuhan terbuka untuk semua orang. Tidak seorang pun dikecualikan dari rencana dan karya keselamatan-Nya. Namun, apakah keselamatan itu benar-benar terealisasi atau tidak, itu tergantung dari iman masing-masing pribadi: apakah menerima atau menolak Tuhan. Sifat personal dari keselamatan itu tampak dalam dua contoh yang disebut Yesus: "seorang perempuan janda di Sarfat" dan "Naaman, orang Siria". Keduanya adalah orang asing, bukan orang Israel. Mengapa orang Israel yang sebenarnya merupakan umat terpilih dan sejak awal diberi previlese khusus untuk keselamatan justru tidak menerimanya? Karena mereka menolak untuk percaya kepada para nabi utusan Allah! Kalau pada zaman dulu, Allah berbicara dan bertindak melalui para nabi, sekarang Ia menggenapi karya penyelamatan-Nya itu melalui Yesus Kristus, Putera-Nya (bdk. Ibr 1,1-2). Dialah satu-satunya juruselamat dan jaminan keselamatan kita, sebagaimana ditegaskan-Nya sendiri: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14,6) dan "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus," (Yoh 17:3).

Doa: Ya Bapa, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu untuk selalu membuka diri dan menerima sepenuhnya Yesus Kristus yang Kautus untuk menyelamatkan kami. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph
Minggu, 28 Februari 2016
HARI MINGGU PRAPASKAH III
Kel. 3:1-8a,13-15; Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11; 1Kor. 10:1-6,10-12; Luk. 13:1-9

"Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah" – Luk 13,8-9

Selalu ada kesempatan untuk yang akan datang. Seorang anak yang telah kehilangan warisan, diberi kesempatan untuk mendapatkannya kembali (Injil kemarin). Sebatang pohon yang tidak berbuah, diberi kesempatan untuk tetap bertumbuh dengan perawatan yang lebih baik agar di kemudian hari dapat menghasilkan buah. Kita pun oleh Tuhan selalu diberi kesempatan untuk bertobat dan menghasilkan buah yang baik. Bahkan, Ia tidak hanya memberikan kesempatan tetapi juga pertolongan rahmat-Nya. Tanpa rahmat kita tidak akan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, apalagi berbuah. Sama seperti sebatang pohon buah, yang tidak pernah dirawat dan diberi cukup pupuk serta air, tentunya tidak akan dapat bertumbuh dan berbuah secara optimal. Oleh karena itu, pantaslah kita bersyukur atas kesempatan yang diberikan Tuhan untuk terus-menerus bertumbuh, berkembang dan berbuah dalam rahmat-Nya.

Doa: Tuhan, semoga rahmat-Mu memampukan kami untuk menggunakan setiap kesempatan yang Kauberikan kepada kami dengan sebaik-baiknya. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Tuesday, February 23, 2016

Terburu-buru?

" ADA YG SALAH .......?"

Doeloe........

⛅ Orang tua kita berangkat bekerja setelah matahari terbit
dan sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam.......

Walaupun memiliki anak yg banyak.........
Rumah dan halaman pun tetap luas...........
Bahkan tidak sedikit ada yg memiliki kebun...........
Dan semua anak anaknya bersekolah.....................

Sekarang........

🎴 Banyak yg berangkat kerja subuh dan sampai rumah larut malam........

Tapi.......

Rumah dan tanah yg dimiliki tidak seluas rumah orang tua kita.........

Dan bahkan banyak yg takut memiliki anak banyak karena takut kekurangan.....

⏰ Ada yg salah dengan cara hidup orang MODERN.....

Orang tua kita hidup tanpa banyak ALAT BANTU.....
Tapi TENANG menjalani hidupnya.....

👉 Sementara kita yg dilengkapi dengan mesin cuci..kompor gas....
HP....kendaraan ....TV....email...FB....Ipad....ruangan ber AC......dllllllllll

HARUSNYA mempermudah hidup ini.....
TAPI TERNYATA TIDAK.......

Sampai sampai, tidak sempat kita MENIKMATI HIDUP....
karena semuanya dilakukan TERBURU BURU.......

🏃Berangkat kerja,
TERBURU BURU.....
🏃Pulang kerja , juga
TERBURU BURU.....
🍟⏳Makan siang .........
TERBURU BURU.....
🚦Di lampu merah,
TERBURU BURU......
💬🙏 Berdoapun.....
TERBURU BURU......

Hanya MATI.........
Yang tidak seorangpun mau TERBURU BURU......

Karena ketakutan akan
kurangnya harta untuk keluarga sampai sampai Kita
HITUNGAN dalam MEMBERI

Sementara TUHAN tidak pernah hitungan dalam memberi rejeki kepada kita.....

Bahkan karena lebih takut kehilangan pekerjaan...kita berani melewatkan ibadah 😭......

Sampai dimanakah hidup kita pada hari ini...?💥

Apa ini terjadi pada diri anda ?.....👀

Semoga menjadi renungan...🙇
Bagi Tuhan tidak ada kata terlambat buat kita yg mau berubah....

God bless you friends ❤️

Tan Yusuph
Rabu, 24 Februari 2016
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Yer. 18:18-20; Mzm. 31:5-6,14,15-16; Mat. 20:17-28.

"Hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." – Mat 20,23

Kalau kita renung-renungkan, permintaan Yohanes dan Yakobus yang disampaikan oleh ibu mereka ini, sebenarnya merupakan keinginan, harapan, kerinduan dan permohoan kita juga. Setiap kali kita mendoakan saudara/i kita yang sudah meninggal, kita memohon kepada Tuhan agar mereka diperkenankan hidup bahagia di surga. Hal yang sama juga kita mohon agar kelak dianugerahkan kepada kita. Jawaban Yesus menegaskan bahwa perihal masuk kerajaan surga bukanlah hadiah atas perjuangan ataupun amal baik kita tetapi merupakan anugerah Allah karena belaskasih dan kemurahan-Nya. Di satu sisi, perjuangan tetap harus kita lakukan sebagaimana kedua rasul itu diharuskan meminum cawan; namun di sisi lain, kita sadar bahwa perjuangan dan amal baik kita tidak akan pernah cukup untuk menggapai surga, tanpa belaskasih dan kemurahan Tuhan. Oleh karena itu, yang jauh lebih penting adalah kita berusaha mendatangkan surga dalam hidup kita sehari-hari, yakni dengan saling mengasihi dan melayani (bdk. Mat 20,26-28).

Doa: Ya Bapa, bantulah kami dengan rahmat-Mu agar kami mampu ikut serta mendatangkan Kerajaan-Mu di atas bumi ini dan kelak Kau anugerahi kehidupan abadi di surga. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Monday, February 22, 2016

“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” – Mat 16,18.

Senin, 22 Februari 2016
Pesta Takhta St. Petrus
1Ptr. 5:1-4; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Mat. 16:13-19.

"Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." – Mat 16,18.

Hari ini kita merayakan Pesta Tahta Petrus, satu-satunya tahta dikehendaki oleh Yesus untuk mempersatukan para pengikut-Nya di seluruh dunia dan sepanjang zaman di bawah satu Tuhan dan satu gembala. Yesus menyatakan kehendak-Nya ini sekitar tahun 30-an dan sampai sekarang Gereja yang dikehendaki untuk didirikan dibawah kepemimpinan Petrus dan para penggantinya masih berdiri kokoh. Sungguh luar biasa janji Tuhan. Marilah kita secara khusus berdoa bagi Gereja kita ini agar sampai kapan pun tetap relevan dan signifikan dalam membawa misi cinta kasih yang menyelamatkan. Kita berdoa bagi Bapa Suci yang dipilih Tuhan untuk menggantikan Petrus. Kita berdoa bagi diri kita masing-masing agar dapat menjadi anggota Gereja yang semakin mampu mengenal dan mencintai Kristus.

Doa: Tuhan, berkatilah Gereja-Mu, Bapa Suci dan kami semua. Amin. +agawpr+

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Friday, February 19, 2016

«Menghargai Sesama»

❤️ PERCIKAN HATI
Rubrik Renungan

«Menghargai Sesama»

"…Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! Harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala." (Mat. 5:21-22)

Pengajaran Yesus hari ini memang tegas. Yesus bukan hanya mengingatkan kembali hukum Taurat yang menyatakan bahwa siapa yang membunuh harus dihukum, tapi Yesus juga memberi penekanan bahkan pembunuhan itu bukan hanya secara fisik saja.

Bahkan kata-kata kasar dan cacian sebenarnya juga bisa mendatangkan hukuman bagi orang yang mengatakan itu untuk orang lain. Sebab kata-kata itu punya kekuatan yang luar biasa.

Ada orang yang bisa sakit hati bahkan merencanakan dan melakukan hal-hal yang jahat hanya karena menerima kata-kata kasar dari orang lain.

Sahabat, mari kita jaga ucapan dan tingkah laku kita supaya tidak ada orang yang merasa sakit hati karena itu. Kita tentu bisa marah, itu hal yang wajar. Tapi kuasailah diri kita agar jangan sampai amarahlah yang mengendalikan kita sehingga keluarlah kata-kata yang sebenarnya tidak pantas kita ucapkan kepada sesama.

Belajarlah menghargai orang lain sebagaimana kita ingin dihargai.

❤️ PERCIKAN HATI
«Jumat, 19 Februari 2016»

Tan Yusuph

“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” – Mat 5,20

Jumat, 19 Februari 2016
Hari Biasa Pekan I Prapaskah
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26.

"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" – Mat 5,20

Boleh dikatakan bahwa orang-orang Farisi sebenarnya sudah menghayati kehidupan beragamanya dengan baik. Mereka sangat taat pada hukum, adat-istiadat dan ritual agama Yahudi sampai mendetail. Namun, bagi Yesus, itu saja belumlah cukup. Dengan tegas, Ia meminta para pengikut-Nya untuk menghayati kehidupan keagamaannya secara lebih benar daripada orang-orang Farisi. Di mana letak "lebih" yang Dia minta? Menghayati agama secara benar tidak cukup berhenti pada ritual tetapi harus memperhatikan aspek sosial-relasional. Artinya, kehidupan beragama tidak cukup hanya dihayati dengan ritual tetapi juga dalam relasi yang baik dengan sesama. Kita bisa mengambil analogi dari susunan ruji sepeda: semakin dekat dengan poros, ruji-ruji itu semakin dekat satu-sama lain (atau semakin rêngkêt). Demikian pula, semakin kita dekat dengan Tuhan, sudah selayaknya kita juga semakin dekat dengan sesama, semakin cinta damai dan semakin mampu mengasihi.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar mampu menghayati kehidupan keagamaan kami dengan lebih benar. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Wednesday, February 17, 2016

Bapamu yang di sorga, Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” – Mat 7,11.

Kamis, 18 Februari 2016
Hari Biasa Pekan I Prapaskah
Est. 4:10a,10c-12,17-19;Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8;Mat. 7:7-12.

"Bapamu yang di sorga, Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya" – Mat 7,11.

Tidak semua keinginan dan permintaan harus dikabulkan. Ini benar dan memang harus demikian. Dalam level hidup pribadi, kita setuju bahwa tidak semua yang kita inginkan harus kita turuti. Setiap saat, kita berjuang untuk mengendalikan diri, misalnya dalam hal makan, belanja, dll. Kita hanya menuruti keinginan yang membawa kebaikan, bukan yang merusak hidup kita. Dalam level hidup bersama, kita juga setuju bahwa tidak semua permintaan kita kepada orang lain dan sebaliknya tidak semua permintaan orang lain kepada kita harus kita kabulkan. Yang sebaiknya dikabulkan hanyalah yang baik saja dan itu pun disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Kalau demikian, mestinya kita juga sadar bahwa tidak semua keinginan dan permohonan kita harus dikabulkan oleh Tuhan. Meskipun Tuhan mampu memberikan semua yang kita minta dan inginkan, namun Ia hanya akan memberikan yang menurut-Nya baik bagi kita. Dan yang pasti, mengenai apa yang baik bagi kita tersebut, Tuhan lebih tahu dibanding kita sendiri.

Doa: Tuhan, terangilah hati dan budi kami agar kami hanya menginginkan dan memohon apa yang menurut-Mu baik bagi kami. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)
Tan Yusuph

“Seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini” – Luk 11,30

Rabu, 17 Februari 2016
Hari Biasa Pekan I Prapaskah
Yun. 3:1-10; Mzm. 51:3-4,12-13,18-19; Luk. 11:29-32.

"Seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini" – Luk 11,30

Bagi kita, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu kesatuan Kitab Suci. Keduanya merupakan pewahyuan dari satu Allah yang sama dan ditulis dengan inspirasi dari Roh Kudus yang sama. Semua peristiwa yang dikisahkan di dalamnya merupakan rangkaian sejarah keselamatan Allah, mulai dari tahap janji yang pelan-pelan terealisasi sampai mencapai kepenuhannya dalam diri Yesus. Dalam hal ini, tokoh-tokoh Perjanjian Lama, misalnya Yunus dilihat sebagai prefigurasi (gambaran awal) dari Yesus. Yunus adalah nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan pesan pertobatan kepada orang Ninive, dan meski ia sempat menolak/menghindar, akhirnya ia melaksanakan juga dan berhasil: orang Ninive bertobat (silakan baca Kitab Nabi Yunus, hanya 3 bab). Lebih dari Yunus, Yesus adalah Anak Allah sendiri: Ia diutus Bapa, tidak hanya untuk menyampaikan pesan pertobatan (Mrk 1,15) tetapi juga untuk menebus kita (Mrk 10,45). Selain itu, kalau Yunus sempat menolak (Yun 1,1-11), Yesus justru taat sampai mati (Flp 2,8). Dan karena pengingkarannya itu, Yunus harus tinggal dalam perut ikan selama 3 hari (Yun 1,12-17); sementara Yesus, karena ketaan-Nya, ia harus tinggal dalam perut bumi selama 3 hari (Luk 9,22). Jadi, tanda apalagi yang masih kita harapkan? Yesus sendiri adalah tanda nyata betapa Allah mengasihi kita.
Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tan Yusuph

Sunday, February 14, 2016

Minggu, 14 Februari 2016
HARI MINGGU PRAPASKAH I
Ul. 26:4-10; Mzm. 91:1-2,10-11,12-13,14-15; Rm. 10:8-13; Luk. 4:1-13.

"Yesus yang penuh dengan Roh Kudus ... dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun ... dan dicobai Iblis" – Luk 4,1-2

Pada Minggu Prapaskah II ini, kita diajak merenungkan tentang pencobaan yang dialami oleh Yesus. Kisahnya amat jelas dan detail. Ketiga jenis godaan yang dialami-Nya menggambarkan godaan-godaan aktual yang seringkali juga kita alami: 1] mendapatkan materi dengan jalan pintas (ay.3: mengubah batu menjadi roti); 2] mengingkari Tuhan demi mendapatkan kekuasaan (ay. 6-7: menyembah setan); 3] unjuk kebolehan atau menyombongkan diri dengan kehebatan dan prestasi yang kita miliki (ay. 9-11: menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah). Untuk mengatasi godaan-godaan tersebut, kita diajak meneladan Yesus menggunakan 3 senjata utama: 1] Roh Kudus (ay. 1: Yesus dibimbing oleh Roh Kudus); 2] Keheningan (ay.2: gurun adalah tempat yang sunyi); 3] Sabda Tuhan (ay. 4,8,10: Yesus menangkal setiap godaan dengan mengatakan "ada tertulis" [dalam Kitab Suci]).

Doa: Tuhan, mampukanlah kami untuk menggunakan senjata-senjata ampuh yang telah engkau berikan, yakni Roh Kudus, keheningan dan sabda-Mu dalam Kitab Suci untuk melawan godaan roh jahat. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Friday, February 12, 2016

Yang Terutama: Bertekun

PERCIKAN HATI
Rubrik Cerita Bermakna

«Yang Terutama: Bertekun»

Selama perang saudara di Amerika, presiden Lincoln memiliki seorang sekretaris yang bertubuh tegap dan atletis. Pada jaman itu, di kantor, pria itu hanya sekedar memegang pena atau pensil.

Pria tersebut tidak senang dengan pekerjaannya. Dia ingin bertugas di medan tempur. Dia ingin pergi kesana dan membuat hal-hal besar bagi negaranya. Dia sungguh-sungguh bersedia mati bila memang diminta.

Karena itulah, ia terus menerus mengeluh kepada Lincoln tentang pekerjaannya yang seperti pekerjaan wanita, meski sebenarnya dia bisa berseragam dan menghadapi musuh.

Pada suatu hari, setelah mendengar keluhan yang sering terlontar ini, Lincoln memandang pria itu dan berkata, "Anak muda saya memang melihat engkau sungguh-sungguh bersedia mati untuk negara, tapi kamu tidak bersedia hidup bagi negaramu. Ketahuilah para pejuang akan mengabdikan diri mereka untuk negara dengan nyawa ataupun dengan tetap hidup."

Sahabat, janganlah meremehkan hal-hal kecil dan sederhana. Ketahuilah ketekunan kita untuk bekerja dan berusaha walaupun itu kecil dan sederhana pasti akan mendatangkan sesuatu yang indah dan luar biasa.

Yakinlah tiap-tiap orang punya jalan masing-masing untuk meraih kesuksesan.
Tekunlah dan jalanilah setiap usaha dan pekerjaan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Pada saatnya besar atau kecil pekerjaan itu pasti bisa mendatangkan hasil yang baik.

PERCIKAN HATI
«Sabtu, 13 Februari 2016»

Tan Yusuph

Bertobatlah

Sabtu, 13 Februari 2016
Hari Sabtu sesudah Rabu Abu
Yes. 58:9b-14; Mzm. 86:1-2,3-4,5-6; Luk. 5:27-32.

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat Luk 5,32

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Credere belum lama ini, Paus Frasiskus mengatakan: Saya seorang pendosa, saya merasa sebagai pendosa, saya yakin demikianlah adanya; saya seorang pendosa yang oleh Tuhan dipandang dengan penuh belas kasih. Saya, sebagaimana saya katakan kepada para tahanan di Bolivia, adalah seorang pendosa yang diampuni. Sampai sekarang saya masih melakukan kesalahan dan dosa, dan saya selalu mengaku dosa setiap 15 atau 20 hari sekali. Kata-kata Paus Fransiskus ini rasanya lebih dari cukup untuk membantu kita mencecap kebenaran dari Injil hari ini. Tuhan datang untuk kita para pendosa. Ia datang untuk memanggil kita dan memberikan belas kasih-Nya kepada kita. Apakah kita juga mau datang kepada-Nya secara rutin untuk menerima rahmat pengampunan dan pembebasan dari dosa-dosa kita? Seorang Paus, yang kita sebut sebagai Santo Bapa saja, secara rutin mengaku dosa setiap 15 sampai 20 hari sekali. Kita?

Doa: Tuhan, Engkau datang untuk kami, orang berdosa. Berilah kami rahmat-Mu agar kami semakin rajin datang kepadamu untuk menerima rahmat pengampunan dan pembebasan atas dosa-dosa kami. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Ada Bearings

Thursday, February 11, 2016

Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa” – Mat 19,15

Jumat, 12 Februari 2016
Hari Pantang
Yes. 58:1-9a; Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19; Mat. 9:14-15.

"Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa" – Mat 19,15

Dalam Kitab Suci, hubungan antara Kristus dan Gereja sering digambarkan dengan hubungan antara mempelai laki-laki dan perempuan (misalnya dalam Kitab Kidung Agung) atau antara sepasang suami istri (misalnya dalam Efesus 5,22-33). Oleh karena itu, kata-kata Yesus ini bisa kita mengerti dalam konteks ini. Pada masa Prapaskah ini, kita secara khusus menjalani puasa dan pantang karena Kristus, sang mempelai laki-laki, akan diambil dari tengah-tengah kita. Dia menderita dan menyerahkan nyawa-Nya untuk disalib, demi kita. Sang mempelai laki-laki menumpahkan darah-Nya untuk menebus mempelai wanita, yakni Gereja (= kita semua, umat beriman), yang telah menggadaikan diri kepada roh jahat dengan banyak berbuat dosa. Maka, sudah selayaknya kita prihatin, merasa perih di hati, lalu berusaha untuk bertobat, berbalik kepada Dia yang tetap mencintai kita. Dalam hal ini, puasa dan pantang di masa Prapaskah kita tempatkan untuk membangkitkan rasa prihatin itu sekaligus untuk mendorong semangat pertobatan kita.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar puasa dan pantang kami pada masa prapaskah ini sungguh mendorong kami untuk mewujudkan pertobatan yang sejati. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Wednesday, February 10, 2016

Santa Perawan Maria dari Lourdes

Santo-Santa
11 Februari

Santa Perawan Maria dari Lourdes 

Merupakan perayaan peristiwa Maria menampakkan diri kepada Bernadetha Soubirous di gua Misabielle, Lourdes, Perancis pada tanggal 11 Februari 1858. Kiranya perayaan ini semakin mempertebal iman kepercayaan kita kepada Bunda Maria dan semakin menyemangati kita untuk turut serta di dalam karya penyelamatan Kristus. Untuk itu baiklah kalau kita menyimak kembali makna peristiwa itu dengan mengikuti kisah terjadinya peristiwa iman itu. 

Bernadetha Soubirous adalah seorang gadis desa yang sederhana, miskin dan buta huruf. Ketika ia sedang menggembalakan domba-dombanya, tiba-tiba ia melihat seorang wanita cantik berdiri di mulut gua itu. Wanita itu tersenyum manis dan tampak sangat ramah kepadanya. Dalam keheranan dan ketakutannya, Bernadetha pun merasakan kegembiraan yang sangat mendalam. Tak lama kemudian wanita itu menghilang dari pandangannya. Bernadetha pun pulang ke rumah dengan gembira bercampur rasa takut. 

Pada tanggal 25 Februari, wanita cantik itu menampakkan diri lagi kepada Bernadetha. Kali ini wanita itu menyuruhnya minum dan membasuk mukanya. Tetapi darimanakah ia mendapatkan air untuk minum dan membasuh mukanya? Ia sendiri pun tidak membawa air dari rumah. Sumber-sumber airpun tak ada di bukit yang kering dan berbatu-batu itu. Lalu wanita itu menyuruhnya menggali tanah di depan gua itu. Bernadetha pun mengikuti saja suruhan wanita tak dikenal itu. Belum seberapa dalam lubang galian itu, mengalirlah air dari lubang itu. Dengan air itu Bernadetha membasuh mukanya dan minum. Tak lama kemudian wanita itu menghilang dari pandangannya. 
Pada tanggal 25 Maret, Bernadetha kembali lagi ke gua Masabielle. Disana ia menyaksikan lagi penampakan wanita cantik itu. Kali ini Bernadetha memberanikan diri untuk menanyakan nama wanita cantik itu. Siapakah Engkau? tanya Bernadetha. Jawab wanita itu, Akulah yang dikandung tanpa noda dosa asal. Maria menampakkan diri kepada Bernadetha sebanyak 18 kali. Kepada Bernadetha, Bunda Maria berpesan agar semua orang Kristen berdoa untuk orang-orang berdosa agar mereka bertobat dari cara hidupnya yang sesat itu. Bunda Maria meminta agar di tempat itu didirikan sebuah biara dan diadakan ziarah. 

Atas perintah Uskup Lourdes, kejadian ini diselidiki dengan seksama. Akhirnya pada tahun 1862 peristiwa penampakan itu dinyatakan benar dan sah. Pada tahun 1864 sebuah patung Maria ditempatkan di gua itu, dan pada tahun 1876 dibangunkan disitu sebuah gereja yang megah. Setiap tahun lebih dari satu juta orang berziarah ke Lourdes. Banyak orang sakit yang berziarah ke sana menjadi sembuh secara ajaib. Demikian pun setiap peziarah yang mengunjungi Lourdes sungguh merasakan suatu kedamaian jiwa dan kebahagiaan batin. Sebuah biro penyelidikan didirikan untuk meneliti penyembuhan-penyembuhan yang terjadi atas orang-orang sakit yang berkunjung ke sana. Semoga hari raya penampakan Bunda Maria di Lourdes ini mendorong kita untuk menghormati Bunda Maria dengan lebih tulus sebagai Bunda yang senantiasa menghendaki keselamatan kita. 


Dikutip dari imankatolik.or.id

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” – Luk 9,23

Kamis, 11 Februari 2016
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA
SP Maria dr Lourdres
Ul. 30:15-20; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 9:22-25.

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" – Luk 9,23

Menyangkal diri dan memanggul salib merupakan syarat untuk mengikuti Yesus. Oleh karena itu, antara menyangkal diri, memanggul salib dan mengikuti Yesus, tidak pernah dapat dipisahkan satu sama lain. Penyangkalan diri, yang pada masa sekarang merupakan hal yang amat tidak populer apalagi ketika dikontraskan dengan budaya konsumeris, hanya akan bernilai dan dapat dihanyati kalau dimotivasi oleh keinginan yang kuat untuk mengikuti Yesus. Demikian pula, di tengah budaya hedonis, di mana orang cenderung memuja kesenangan dan menghindari derita (wegah rekasa), kita pun mudah tergoda untuk menghindari salib yang harus kita pikul. Maka, hanya motivasi yang kuat untuk mengikuti Yesus, yang akan memampukan kita untuk memeluk dan memanggul salib kita setiap hari. Tentu, semua itu disertai dengan pengharapan bahwa hanya menyangkal diri dan memanggul salib yang dimotivasi untuk mengikuti Yesus, hanya itulah yang menyelamatkan. Dan persis itulah yang membedakan antara orang beriman dan tidak.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu menyangkal diri, memanggul salib kami masing-masing dan mengikuti Engkau. Amin. <agawpr>

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Tuesday, February 9, 2016

Percikan Hati

Percikan Hati

Rubrik Inspirasi Kitab Suci

Penyelenggaraan Tuhan Luar Biasa
Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di sorga? Siapa gerangan sampai mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?? (Keb. 9:16-17)
Manusia boleh berencana dan berusaha tapi penyelenggaraan Tuhan pasti senantiasa melampaui segala kehendak dan rencana kita.
Kita boleh saja telah mendapatkan sesuatu. Tapi bila apa yang telah kita usahakan itu hilang dari genggaman kita, apa yang harus kita lakukan? Kita boleh saja marah dan kecewa, tapi siapa yang akan menyangka jika kepunyaan kita yang hilang itu akan diganti oleh Tuhan dengan sesuatu yang lebih besar?
Percayalah sahabat, penyelenggaraan Tuhan itu selalu ada untuk kita. Jika kita belum mampu mengetahui apa kehendak Tuhan dalam kehidupan kita, mohonkanlah kebijaksanaan dari-Nya lewat doa.
Doa yang kita ungkapkan dengan sepenuh hati pasti akan menambahkan kesabaran dan menguatkan hati kita untuk tetap teguh dalam iman sehingga pada akhirnya kita boleh melihat betapa indahnya penyelenggaraan Tuhan dalam kehidupan kita.


PERCIKAN HATI
Selasa, 9 Februari 2016

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku” – Mrk 7,6

Selasa, 9 Februari 2016
Hari Biasa Pekan V
1Raj. 8:22-23,27-30; Mzm. 84:3,4,5,10,11; Mrk. 7:1-13.

"Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku" – Mrk 7,6

Bentuk atau ungkapan lahiriah pemujaan kepada Tuhan tentunya merupakan hal yang baik dan perlu. Bahkan bisa juga dijadikan sebagai ukuran kualitas iman seseorang. Namun, tidak amatlah cukup kalau hanya berhenti pada ungkapan lahiriah saja. Yang jauh lebih penting adalah apa yang terkandung dalam hati atau dalam batin kita. Pemujaan dalam ungkapan iman lahirah yang benar muncul dari dalam hati yang suci dan murni. Demikian pula, uluran tangan untuk mengasihi hendaknya juga lahir dari dalam hati yang tulus. Untuk itu, demi sebuah pemujaan dan kasih yang benar dibutuhkan ketulusan, kesucian dan kemurnian lahir
batin.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu untuk menjaga ketulusan, kemurnian dan kesucian hati kami sehingga mengasihi dan memuliakan-Mu secara benar. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Monday, February 8, 2016

Fokus

PERCIKAN HATI

Rubrik Motivasi Kerja & Usaha

Fokus:

Orang yang sukses pasti tahu benar apa pentingnya fokus untuk mencapai keberhasilan dalam hidup.
Tanpa fokus, kita akan mudah beralih dari sasaran yang sedang kita tuju.
Dengan tetap fokus pada tujuan, kita akan melihat dengan jelas peluang atau kesempatan yang ada
untuk kita.
Dalam bekerja misalnya jika kita tidak fokus pada target yang ingin dicapai, maka apa yang sudah kita rencanakan bisa saja tidak berjalan seperti apa yang sudah kita harapkan sebelumnya.

Untuk itu, kita mesti belajar untuk membuat prioritas. Tempatkan target yang ingin dicapai pada tempat yang paling atas. Jika target kita sudah terpenuhi, barulah mengerjakan hal-hal lain.

Dengan tetap fokus, semangat kerja kita akan terpacu untuk menyelesaikan apa yang sudah ditargetkan.

Percayalah tanpa kita sadari kita akan termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik jika kita tetap fokus untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.

Apa target Anda hari ini? Fokuslah untuk mengerjakan itu dan lihatlah hasilnya.


PERCIKAN HATI
Senin, 8 Februari 2016

Semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh» - Mrk 6,56

Senin, 8 Februari 2016
Pekan Biasa V
1Raj. 8:1-7,9-13; Mzm. 132:6-7,8-10; Mrk. 6:53-56.

«Semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh» - Mrk 6,56

Kesembuhan biasanya terjadi ketika seorang dokter, tabib atau tukang pijat menjamah orang yang sakit. Namun, dalam diri Yesus bisa terjadi sebaliknya. Ada kalanya memang Yesus menjamah si sakit dan mereka menjadi sembuh. Tetapi ketika yang menjamah Yesus adalah si sakit, kesembuhan pun terjadi. Tidak perlu dipersoalkan tentang siapa yang menjamah. Yang penting adalah terjadi kontak langsung dengan Yesus. Untuk kita sekarang, tidak penting juga bahwa kontak itu harus secara fisik, apalagi kalau hanya dimaknai dengan sekedar menyentuh patung atau benda-benda suci lainnya. Memang, kita bisa menjamah Tuhan dan berkontak dengan Tuhan melalui sarana patung atau gambar-Nya, tetapi yang paling penting adalah kontak dan jamahan iman kita pada pribadi Tuhan yang ada di balik gambar atau patung tersebut. Jadi, imanlah yang paling penting: jamahan Tuhan akan menyembuhkan kita kalau kita menerimanya dengan iman; demikian pula kita akan mampu menjamah dan berkontak dengan Tuhan secara benar kalau kita mempunyai iman kepada-Nya.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami dapat memelihara iman kami dan dengan iman itu pula kami dapat berkontak dengan-Mu serta semakin mengasihi-Mu dan sesama. Amin. -agawpr-

(Pastor Agus Widodo,Pr - Roma)

Sunday, February 7, 2016

Injil hari ini Markus 6:53-56


Mrk 6:53
Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ.

Mrk 6:54
Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus.

Mrk 6:55
Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada.

Mrk 6:56
Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.